Sumber: MINESNEWS.COM. (redaksiaklamasi.org/Andi Haerur Rijal) |
redaksiaklamasi.org – Di Indonesia ada
beberapa kelompok tarekat yang selalu berbeda dengan pemerintah dalam
menetapkan hari raya keagamaan, seperti Ramadhan dan Idul Fitri.
Dilansir
MINESNEWS.COM menjelaskan bahwa ada beberapa kelompok tarekat yang
memiliki metode tersendiri dalam menentukan hilal atau bulan tanggal 1 sebagai
titik tolak melaksanakan sejumlah ibadah. Dalam berbagai perayaan keagamaan,
umat Islam menggunakan kalender bulan, sebagaimana beberapa agama lain seperti
Yahudi, Hindu dll.
Sebagaimana
tahun-tahun sebelumnya, sejumlah tarekat tersebut juga melaksanakan puasa dan
merayakan Idul Fitri tahun ini berbeda dari pemerintah.
1.
Jemaaah An Nadzir
Jemaaah
An Nadzir yang identik dengan rambut bercat pirang, melaksanakan shalat Idul
Fitri 1438, Sabtu (24/06), atau sehari sebelum pengumuman resmi pemerintah.
Mereka melaksanakan shalat Id di Lapangan Desa Mawang, Bontomarannu, Kabupaten
Gowa, Sulawesi Selatan
Mereka
setiap tahun menetapkan tanggal 1 Syawal berdasarkan perhitungan bulan dan
tanda-tanda alam seperti pasang surut air laut, tidak mengikuti penetapan awal
Syawal pemerintah.
"Sesuai dengan tanda-tanda alam, maka kami menyakini 1 Syawal jatuh pada hari ini, dan tentu kami berlebaran serta melaksanakan shalat Id di lapangan," kata pemimpin jamaah An Nadzir, Ustaz Lukman.
Sejak
subuh, anggota jamaah itu berbondong-bondong menuju lapangan, para lelaki
menggunakan jubah pakaian berwarna hitam dengan sorban di kepala.
Para
perempuannya mengenakan pakaian terusan berwarna hitam dengan cadar menutupi wajah,
beberapa sambil membawa anaknya yang juga berpakaian serba hitam.
Di
lapangan tempat mereka setiap tahun shalat Id, ada beberapa pohon kurma, yang
tumbuh normal tapi tidak berbuah.
Baca Juga
- Cerita tentang Palimbang-limbang di Makassar. #Bagian 1
- Aliansi Rakyat Indonesia (ARI) menggalang dukungan dari Papua hingga Aceh
- TAKBIRAN
Lantunan
asma Allah dan suara takbir dilantunkan melalui pelantang suara oleh jamaah
yang lebih dahulu datang.
Ustaz
Lukman menyampaikan khotbah shalat Id. Usai shalat, jamaah saling berjabat
tangan hingga berpelukan satu sama lain, lalu pulang ke perkampungan
masing-masing.
Beberapa
di antara mereka pulang menggunakan rakit melewati danau untuk menuju ke rumah
yang berada tidak jauh dari lapangan itu.
Pemerintah
bersama organisasi kemasyarakatan Islam menurut rencana akan melaksanakan
sidang isbat setelah pemantauan hilal pada Sabtu petang untuk menentukan
tanggal 1 Syawal 1438 Hijriah.
2.
Jemaah Tarekat Syattariyah
Jemaah
Tarekat Syattariyah di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, baru melaksanakan Shalat
Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah, Selasa, 27 Juni 2017.
Jemaah
tersebut melakukan Shalat Idul Fitri di sejumlah masjid dan musala terdekat
tempat tinggal mereka, salah satunya di Musala Al-Muslimin Desa Tapen,
Kecamatan Lembeyan, Magetan.
Penetapan
dan perayaan Idul Fitri pada hari Selasa, 27 Juni tersebut berbeda dengan
pemerintah yang sudah menetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah jatuh pada
Minggu, 25 Juni 2017.
Jemaah
Tarekat Syattariyah meyakini bahwa pelaksanaan puasa atau Ramadhan harus genap
30 hari.
"Kami mempunyai keyakinan bahwa bulan puasa atau Ramadhan harus disempurnakan selama 30 hari. Hal tersebut berdasarkan rukyat dan ijtima yang kami yakini," ujar Zarkasih kepada wartawan.
Sementara
itu, tidak hanya jemaah Tarekat Syattariyah di Desa Tapen, Kecamatan Lembeyan,
yang merayakan Lebaran lebih lambat. Pengikut Tarekat Syattariyah di kecamatan
lain di Magetan juga menggelar shalat Idul Fitri pada hari Selasa tanggal 27
Juni 2017.
Sesuai
data yang ada, pengikut Tarekat Syattariyah di Magetan mencapai sekitar 500
orang. Mereka tersebar di beberapa desa di sejumlah kecamatan. Di antaranya
Kecamatan Lembeyan, Parang, Kawedanan, Takeran, dan Nguntoronadi.
3.
Tarekat Naqsabandiyah
Jemaah
Tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang, Sumatera Barat melaksanakan ibadah puasa
terakhir di bulan Ramadhan 1438 Hijriah pada Jumat (23/06/2017), atau
berlebaran pada Sabtu, setelah puasa selama 30 hari.
Jemaah
Naqsabandiyah bertakbiran pada Jumat malam dan shalat Id keesokan hari Sabtu
(24/06/2017).
Jemaah
ini menilai perhitungan mereka cukup konsisten dalam menentukan awal Ramadhan
dan Syawal.
Sejak
lama tarekatnya menentukan awal bulan qamariyah satu atau dua hari lebih dahulu
dari ketetapan pemerintah.
Jemaah
tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat saat ini dipimpin oleh Syafri Malin Mudo,
yang memiliki anggota ribuan orang.
Laporan : Andi Haerur Rijal
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar