http://www.redaksiaklamasi.org/2017/06/buka-puasa-dan-dialog-publik-bersama.html
Serikat Mahasiswa Penggiat Konstitusi dan Hukum Sulawei Selatan (SIMPOSIUM DPP SULSEL) bekerjasama dengan Poros Pemuda Indonesia Sulawesi Selatan (PPI SULSEL) menggelar Dialog Publik dan Buka Puasa Bersama yang bertajuk “Melalui Penguatan Nilai-Nilai Islam Rahmatan Lilalamin Guna Menangkal Faham Radikalisme” di Warkop Cappo Jl. Sultan Alauddin Makassar, Selasa (20/6). Ada empat pemateri dalam kegiatan ini, dari kiri terlihat, Pengamat Politik Sulawesi Selatan, Dr. Arif Wicaksono,  Drs. H. Aswar Hasan, M.Si selaku Akademisi, Dr. Waspada Santing selaku Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Selatan, Muhammad Fathonaddin selaku Pengurus SIMPOSIUM DPP SULSEL dan Rizal Kareem selaku Moderator. (redaksiaklamasi.org/Andi Haerur Rijal)


redaksiaklamasi.org Serikat Mahasiswa Penggiat Konstitusi dan Hukum Sulawei Selatan (SIMPOSIUM SULSEL) bekerjasama dengan Poros Pemuda Indonesia Sulawesi Selatan (PPI SULSEL) gelar dialog publik yang dirangkai dengan buka puasa bersama, di Warkop Cappo Jl. Sultan Alauddin, Makassar, Selasa, (20/6). 
 
Bertemakan, “Melalui Penguatan Nilai-Nilai Islam Rahmatan Lilalamin Guna Menangkal Faham Radikalisme”. Kegiatan ini menghadirkan Narasumber Drs. H. Aswar Hasan, M.Si (Akademisi), Dr. Waspada Santing (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Selatan), Muhammad Fathonaddin (Pengurus SIMPOSIUM DPP SULSEL), Dr. Arif Wicaksono (Pengamat Politik Sulawesi Selatan), Rizal Kareem sebagi Modertor serta segenap tamu undangaan dan mahasiwa.

Mengungkit tentang Radikalime, Muhammad Fathonaddin (Pengurus SIMPOSIUM DPP SULSEL) dalam pemaparannya menyampaikan sejumlah hal penting terkait radikalisme.



“Sebenarnya Problem Mendasar adalah karena persoalan lapar saja. Jadi Sebenarnya radikalisme itu baik, namun perlu diketui radikalisme itu baik jika dalam tanda kutip adanya kesadaran itu sendiri, makanya yang harus diperbaiki adalah kesadaran bukan terpaku pada radikalismenya karena kalau bisa terpaku maka kita pasti akan berbicara perut atau lapar” ujarnya.



Disis yang lain, Muhammad Fathonaddin  menambahkan, sepakat apabila pelajaran agama disekolah itu dibubarkan karena hanya menyampaikan dogma dan keyakinan semata



“Saya sepakat bahwa hal ini harus di bubarkan kalau dia hanya berbicara tentang keyakinan dogma  semata tapi karena metode pendidikan seperti ini yang nantinya akan melahirkan  pemahaman yang ekstrim tentang symbol. Ketika orang berbicara tentang keyakinan dan dogma masa berfikirnya mereka masih memiliki pemahaman yang eksitrim pemahamannya yang ekstrim tentang symbol agamanya.jika di kaitkan dengan islam dengan gerakan politik islam karena pendidikan agama yang hanya menyampaikan dogma dan keyakinan semata.” tambahnya. 



Sementara itu, untuk menyikapi hal demikian, Dr. Arif Wicaksono (Pengamat Politik Sulawesi Selatan) justru menegaskan pada solusi untuk menangkal radikalisme terorisme agar tidak gagal paham memandang Islam.



“Solusi untuk menangkal radikalisme terorisme ialah dengan jalan islam wasakiah yang dijelaskan dalam FirmanNya  yang mana menjadi wujud rahmat dan sebagai wasit jalannya kepada syariat. Harapan kita yah semoga kita tak gagal paham memandang Islam sebagai Islam Rahmatan Lilalamamin” ungkap Pengamat Politik Sulawesi Selatan, Dr. Arif Wicaksono.



Disisi lain, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Selatan, Dr. Waspada Santing, menuturkan Islam itu adalah salah satu nilai tertinggi yang ada dalam ajarannya dan kemudian bagaimana membangun kedamaian serta tak terprofokasi oleh paham yang dapat mencederai islam itu sendiri.



“Kalau dalam Islam itu sendiri artinya kan keselamatan, artinya nilai-nilai islam itu adalah salah satu membangun ketentraman agar orang semua merasa selamat ari gangguan apapun. Karena itu tidak mungkin ajaran agama islam mengajarkan kekerasan apalagi teroris tanpa sebab. Karena itu menurut saya kita yang mengaku muslim harus berusaha jangan terjebak, jangan terprovokasi oleh paham-paham yang mencederai islam itu sendiri.ungkap Dr. Waspada Santing.



Bahkan, Dr. Waspada Santing menegaskan kepada seluruh perserta dialog khususnya mahasiswa agar terus digiatkan dialog seperti ini agar pemikiran dan sikap kita terasah dalam menghadapi segalah persoalan di tengah masyarakat yang tidak dapat diperoleh dalam bangku kuliah.



“Jadi kesimpulan saya bahwa dialog seperti ini harus digiatkan, apalagi adik-adik generasi muda agar pemikiran kita terasah untuk bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi segalah persoalan di tengah-tengah masyarakat. Kalau di bangku kuliah kan hanya teori, yang disampaikan oleh dosen-dosen kita. Justru dalam dialog seperti ini kan lansung bersentuhan dengan hal-hal yang lebih praktis.” tegas Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Selatan, Dr. Waspada Santing. (ahr)



Laporan : Andi Haerur Rijal


Baca Juga : Jilbab: Mitos, Totalitas Penghambaan atau Pemenuhan Hasrat

Jendeladan Bahasa Imajinasi

Puisi: Kejahatan Lawanlah





0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
REDAKSI AKLAMASI © 2016. All Rights Reserved | Developed by Yusran016
Top