Sakib Machmud. (redaksiaklamasi.org/Nur Aisyah Ramadhani)


redaksiaklamasi.org - Ayat 6 surah Al-Fatihah menggambarkan permohonan orang-orang beriman agar Allah Swt berkenan mengaruniakan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya untuk dapat menempuh jalan lurus. Maka ayat 7 menerangkan jalan yang dimaksud yaitu:

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ


(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ada tiga keterangan pokok yang dikemukakan pada ayat ini tentang “jalan yang lurus”. Pertama, jalan lurus adalah jalan yang telah ditempuh orang-orang yang Allah telah mengnugerahinya karunia nikmat. Siapakah mereka itu? Kita dapat mengacu keterangan yang terdapat pada ayat 69 surat 4, Al-Nisa:: وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya) mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. 

Para Nabi adalah mereka yang menerima wahyu dan karena itu kehidupannya dipedomani wahyu. Shiddiqin adalah orang-orang benar, baik ucapannya maupun perbuatannya. Syahid adalah mereka yang meninggal di dalam pertempuran membela kebenaran, sedangkan Shalihin adalah mereka yang perilakunya senantiasa selaras dengan imannya kepada Allah dan kepada seluruh keterangan serta petunjuk serta hukum-hukum Allah Swt. 

Keterangan kedua dan ketiga tentang jalan lurus adalah: Bukan jalan orang-orang yang dimurkai Allah, dan bukan jalan orang yang sesat. Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasul tentang siapa yang disebut المغضوب dan siapa pula yang disebut الضالين . Beliau menjawab: Yang dimurkai adalah Yahudi sedangkan yang sesat adalah Nasrani. (HR At-Thabrani). Keterangan Rasulullah ini sudah tentu hanya menunjukkan contoh yang nyata supaya orang menjadi jelas. 

Al-Quran menggambarkan kaum Yahudi sebagai orang-orang yang tahu kebenaran tetapi sangat enggan melaksanakannya. Mereka membanggakan pemimpin besarnya Musa a.s. tetapi sangat sering membantah perintahnya. Mereka mengaku sebagai pemilik dan pembela Taurat tetapi mengubah ayat-ayat dalam kitab itu sekehendak hatinya. Mereka menyatakan beriman kepada Tuhan yang Maha Esa tetapi perilakunya sangat berdekatan dengan syirik. Sikap dan perilaku seperti itu tentu saja tidak hanya ada pada kaum Yahudi, tetapi juga pada semua orang, termasuk yang mengaku dirinya Muslim. 

Kemudian kaum Nasrani sebagai الضالين juga sebuah contoh belaka. Al-Quran menggambarkan kaum Nasrani sebagai umat Nabi Isa a.s. tetapi melebih-lebihkan Rasul tersebut sehingga menganggap beliau sebagai Tuhan. Mereka berusaha keras untuk menemukan kebenaran tetapi yang dijumpai justru kesesatan. Maka siapapun yang bersikap seperti itu adalah orang yang sesat. Dengan membaca ayat tujuh surat Al-Fatihah ini kaum Mukminin memohon kepada Allah agar diberri petunjuk sehingga tidak menjadi orang yang dimurkai dan tidak pula termasuk orang yang sesat. 

Demikianlah pembahasan kita terhadap surat pertama, Al-Fatihah. Ada dua catatan akhir yang perlu disampaikan di sini. Pertama, kita telah mengemukakan bahwa semua ulama sepakat Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat, tetapi berbeda pendapat tentang mana yang tujuh itu. Sebagian berpendapat bahwa بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ merupakan ayat yang pertama. 

Kalau mengacu pendapat ini, maka ayat terakhir surat Al-Fatihah adalah seperti yang kita tulis : صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ Pendapat lain menyatakan bahwa Basmalah tidak termasuk ke dalam surat Al-Fatihah, sehingga ayat pertamanya adalah : الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . Berdasar pendapat ini maka صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ menjadi ayat 6, sedangkan ayat ketujuh adalah : غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ . Itu catatan pertama. Catatan kedua, Rasulullah Saw menganjurkan dan mencontohkan untuk mengakhiri bacaan Al-Fatihah dengan ucapaan Aamiin. Ulama tafsir menyatakan bahwa arti Aamiin adalah : Ya Allah, perkenankan do’a kami. Do’a yang dimaksud adalah semua do’a yang terdapat dalam surah ini.Walaupun perkataan Aamiin itu jelas tidak termasuk dalam surah Al-Fatihah, tetapi dengan mangacu hadits Rasul, kita seyogyanya melaksanakannya.

Penulis : Sakib Machmud (Salah Seorang Penggagas Nila-nilai Dasar Perjuangan HMI)
Editor : Nur Aisyah Ramadhani

0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
REDAKSI AKLAMASI © 2016. All Rights Reserved | Developed by Yusran016
Top