Ilustrasi. (redaksiaklamasi.org/Andi Muh Ridha R) |
redaksiaklamasi.org - “Berbuat welas-asihlah kepada yang di bumi, niscaya kepadamu Tuhan akan mengasihi” (Muhammad Rasulullah)
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya seluruh kebaikan hanya dimengerti oleh akal” (Tuhaful Uqul 54; Biharul Anwar 77:158).
Rasulullah bersabda: “Mintalah petunjuk kepada akal, niscaya kamu akan mendapatkannya. Dan jangan menentangnya, niscaya kamu akan menyesal” (Ushul Kafi 1:25).
Imam Ali bin Abi Thalib as berkata: “Akal adalah sumber pengetahuan dan pengajak kepada pemahaman” (Ghurar al Hikam karya Al-Amudi 1:102).
Dari Imam Ja’far As-Shadiq as: “Akal adalah petunjuk orang mukmin” (Ushul Kafi 1:25).
Selain peran dan nilai akal dalam menguak alam semesta, riwayat-riwayat ke-Islaman menegaskan bahwa Allah berhujjah kepada para hamba-Nya melalui akal. Argumentasi ilahi dengan akal dan berbagai implikasinya berupa, siksaan dan tanggung jawab, menunjukkan kepada kita betapa agungnya nilai akal dalam kehidupan manusia dan dalam agama Allah.
Imam Musa Al-Kazhim bin Imam Ja’far As-Shadiq as juga berkata: “Allah benar-benar telah menyempurnakan hujjah-hujjah-Nya pada manusia melalui akal, membukakan (akal mereka) dengan al-bayan (penjelasan) dan menunjukkan mereka pada rububiyyah-Nya dengan berbagai dalil (bukti)” (Biharul Anwar 1:132).
Nabi Muhammad saww, pernah ditanya, “Apakah Akal itu?” Beliau menjawab: “Ia adalah (alat) untuk ketaatan kepada Allah. Karena, orang-orang yang taat kepada Allah adalah orang-orang yang berakal” (Biharul Anwar 1:131).
Imam Ja’far As-Shadiq as pernah ditanya apakah akal itu. Beliau menjawab: “Akal adalah alat yang digunakan untuk menyembah (beribadah) kepada Ar-Rahman, Allah dan untuk memperoleh surga-Nya” (Biharul Anwar 1:116).
Imam Ali bin Abi Thalib as berkata lebih lanjut mengenai akal ini: “Akal adalah pedang yang tajam. Bunuhlah hawa nafsumu dengan senjata akalmu. Jiwa memendam berbagai hasrat nafsu, akal berfungsi untuk mencegahnya. Hati memendam berbagai hasrat jelek, sedangkan akal selalu menahannya.
Orang yang berakal adalah orang yang mengalahkan hawa nafsunya dan orang yang tidak menukar akhiratnya dengan dunianya. Orang yang berakal adalah orang yang meninggalkan hawa nafsunya dan yang membeli dunianya untuk akhiratnya. Orang berakal adalah musuh kelezatan dan orang bodoh adalah budak syahwatnya.
Orang yang berakal adalah orang yang melawan nafsunya untuk taat kepada Allah. Orang yang berakal adalah orang yang mengalahkan kecenderungan-kecenderungan hawa nafsunya.
Orang yang berakal adalah orang yang mematikan syahwatnya dan orang kuat adalah orang yang menahan kesenangannya.”
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar