redaksiaklamasi.org - Oleh : Bhona Zulkarnain (Alumni Falkultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)




“JANGAN HANYA BELAJAR DALAM KELAS !! Kepemimpinan, komunikasi dan kemampuan analisis juga penting untuk membangun masa depan. Sehingga belajar di luar kelas bisa mengembangkan hal itu.

(Anies Baswedan, Ex. Mendikbud RI )




Pesan yang disampaikan Ex Menteri Pendidkan dan Kebudayaan ayahanda anies baswedan diatas jika disandingkan dengan motto Kampus UIN ALAUDDIN Makasar sangatlah menarik. Tagline “KAMPUS PERADABAN” yang berdasar pada  3P : Pencerdasan, Pencerahan, Prestasi (Intelligence, Enlightenment, Achievement) cukup kontekstual dengan apa yang disampaikan pak menteri di akhir masa jabatannya.  Dimana UIN Alauddin melakukan gebrakan yang dianggap relevan seiring dengan usianya yang memasuki setengah abad ini. 


Sebagai kampus yang berdasar pada nilai-nilai luhur Al-qur’an dan Hadits ini, pencerdasan adalah hal pertama yang mutlak dilakukan. Tidak hanya sekedar memberikan materi sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing fakultas. Namun, UIN juga menanamkan nilai akhlakul karimah dan nilai keislaman yang dalam, Sebagai modal sosial yang akan membantu mahasiwa dalam membentuk pribadinya yang berkarakter dan Religius. Jika langkah pertama diatas berjalan maksimal, maka proses melahirkan mahasiswa yang tercerahkan lagi berprestasi akan berjalan secara alamiah. Konsep yang sangat briliiant.


Tapi pada penerapannya konsep “KAMPUS PERADABAN” yang menjadi cita-cita jauh dari ekspektasi kita tadi, agak miris dan memilukan jika kita masuk dan melihat fakta yang terjadi. Proses pencerdasan yang kami bayangkan tidak sesuai dengan harapan. Ada indikasi memaksakan kehendak dalam proses pencerdasan oleh para tenaga pendidik. Dimana para peserta didik secara sadar melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak mereka inginkan, semua harus sesuai dengan kemauan mereka para “PENGUASA”. Disamping metodologi dan sistem yang dari dulu begitu-begitu saja, yang seharusnya diperbaharui dan disesuaikan agar mencerminkan visi dan misi kampus. Belum lagi Regulasi yang dilahirkan banyak merugikan dan mencekik. Tak ada sedikitpun ruang yang diberi kepada mahasiswa untuk memberi pendapat sebagai sasaran dari kebijakan. Kemerdekaan mereka direnggut secara perlahan. Mahasiswa yang mencoba mengeluarkan pendapat, uneg-uneg dan keresahannya tentang kampus dalam berbagai bentuk dinafikan dan tidak sedikit yang berujung pada tindakan refresif pihak-pihak keamanan dengan dalih aturan dan perintah pimpinan. Proses yang seharusnya menjadi alamiah dibentuk sesuai keinginan “Penguasa” kampus tanpa mempertimbangkan kepentingan semua civitas akademika. Ini tidak demokratis dan mencederai prinsip dasar demokrasi.  Kampus menjelma menjadi otoriter dan menganggap hal-hal diluar dari keinginan “Penguasa” adalah ancaman besar.  Atau mungkin peradaban yang mereka maksud itu diluar dari nalar kita ?  


Kampus seharusnya menjadi surga bagi mahasiwa, tempat yang teduh dimana mereka bebas mengespresikan diri dengan batasan etika dan nilai-nilai keislaman, bukan menjadi penjara dan jeruji penghalang bagi kreatifitas mereka. Jika kita tarik ke beberapa tahun terakhir ini, sangatlah jelas bahwa kampus UIN alauddin dengan konsep PERADABAN nya takut terhadap bayang-bayang yang mereka ciptakan sendiri. Masalah demi masalah muncul. Logikanya sederhana, lahirnya sebuah perlawanan tidak begitu saja. Akan tetapi, adanya hal-hal yang lahir diluar dari apa yang semestinya dan seharusnya. Tidak perlu disebutkan satu persatu, sudah menjadi rahasia umum bahwa para “Penguasa” mencoba membungkam mereka dengan cara yang sangat tidak tidak lazim, dengan cara membangun “ketakutan-ketakutan” kecil bagi mahasiswanya sehingga diam bagi mereka adalah hal yang terbaik. Dan itu sukses mereka lakukan.


Tapi percayalah bahwa dibalik mereka yang lebih memilih diam, masih banyak suara-suara kecil yang tidak akan berpangku tangan jika hak-hak dasar mereka sebagai manusia terenggut. Derasnya intimidasi kekuasaan tak akan membuat mereka surut dan takut. Masih melekat dalam ingatan kami dulu, setiap kesewenang-wenangan tidak pernah boleh di diamkan sedetikpun. Jika semua jalan tertutup untuk mengungkap kebenaran, maka jalan raya dan ban bekas adalah teman baik. Maka rebutlah !!! Hidup mahasiswa...Hidup Mahasiswa...


Kab. Gowa - Romang Polong, 19  Januari 2017




Editor : Andi Haerur Rijal



0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
REDAKSI AKLAMASI © 2016. All Rights Reserved | Developed by Yusran016
Top