redaksiaklamasi.org - Saat ini, Rusia yang dipojokkan oleh Barat, entah dengan cara halus atau terang-terangan dalam konteks Suriah dan Timur Tengah, sepertinya takkan pernah memaafkan Turki yang anggota NATO jika Erdogan memaksa diri untuk menerjunkan kekuatan militernya di Suriah, yang hasilnya tentulah terjungkirnya hubungan Rusia-Turki dalam segala bidang. Sebab, bagi Putin, Turki-lah yang 'butuh' Rusia, bukan sebaliknya.

Seperti telah diketahui belum lama ini, akibat ulah Turki yang menembak jet tempur Rusia di Suriah, Rusia pun berhenti memberikan bahan bakar alami untuk Turki, memboikot pariwisata Turki yang menyebabkan banyak hotel-hotel wisata di Turki gulung-tikar dan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi Turki.


Dalam hal ini, Rusia tidak akan pernah takut untuk kehilangan sekutu, sebab Rusia dapat segera menemukan Iran yang sama-sama ‘terisolasi’ oleh Barat (meski isolasi terhadap Iran ini belakangan mulai mengendur) untuk menciptakan dimensi strategis bagi kedua negara.
Yang tentu saja tak harus diabaikan adalah, seperti telah sering dikatakan, bahwa meski isolasi Barat di era Iran dibawah kepemimpinan Hassan Rouhani relatif mengendur, Iran sesungguhnya tetap waspada dengan upaya Barat dalam hal ‘bisnis’ minyak. Hal itu pun sama bagi pihak Rusia, di mana Moskow menginginkan saluran pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC), pipa terpanjang kedua dunia, melewati Rusia.

 
Pentingnya saluran pipa minyak BTC (Baku Tbilisi Ceyhan) ini bagi Rusia tak lain karena Rusia tidak hanya akan mendapat keuntungan secara finansial, tapi juga mampu menggunakan sebagian kendali atas pasokan minyak ke Barat, seperti pada saluran pipa terpanjang di dunia, Druzhba, yang mengalir dari tenggara Rusia ke Eropa.

Sementara itu, Iran, yang sebagian besar minyaknya mengalir ke Asia, telah lama menginginkan saluran pipa ke Barat, keinginan yang kerap dibuat putus asa oleh sanksi Barat. Melalui jalan bersekutu dengan Rusia, tentu saja Teheran dapat mengamankan hasil ekonomi dan politik di masa depan, ketika Barat tak sepenuhnya ikhlas dengan ideologi dan visi politik Iran yang berlandaskan Syi’ah Islam yang berani berkata ‘tidak’ kepada Amerika.
Terkait hal itu, sebagai contohnya, ada beberapa indikator keuntungan untuk Iran yang mungkin tumbuh sebagai hasil dari kebijakan pro-Rusia. 

Misalnya, permintaan masyarakat Iran (dan Suriah) akan sistem pertahanan misil yang canggih ditanggapi serius oleh Moskow, semisal permintaan senjata canggih S-300, yang tentu saja menimbulkan rasa was-was dari Amerika Serikat dan Israel. Kita pun tentu tak lupa, bahwa pabrik nuklir Bushehr Iran – dibangun dengan dukungan Rusia –, yang sedikit atau banyaknya telah memberikan kemajuan ekonomi dan tekhnologi bagi Iran.

SULAIMAN DJAYA (Dewan Kesenian Banten)

Editor: Andi Muh Ridha R


0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
REDAKSI AKLAMASI © 2016. All Rights Reserved | Developed by Yusran016
Top