redaksiaklamasi.org - Sebuah kompetisi antara kedua kelompok akan berakhir sama sama menang, jika satu sama lain berkekuatan sama. Ketika kelompok kaya berkompetisi dengan kelompok miskin, pasti ada kelompok yang kalah. siapakah pihak yang kalah itu? pihak yang kalah itu adalah penduduk miskim. “Jasques Attali”.
Politik indonesia selalu “mengejutkan”, tak heran jika sudah banyak realitas baik dari praktek praktek politik sampai pada kursi panas yang berimbas pada kebijakan politik. Politik di indonesia seakan sudah menjadi ajang kompetisi, hamparan warna menjadi sebuah identitas yang perlu dipertahankan tak peduli akan seperti apa mereka yang memiliki hak setelah menuai kewajiban sebagai masyarakat yang paham demokrasi.
Ketika genderang kompetisi dibunyikan maka akan bertebaran gladi politik yang di hembuskan dengan menyusuri lorong lorong sampai pada mimbar mimbar politik demi mengais konsituen politik. Proses politik yang bernada kompetisi seakan mengakar begitu pelik yang akhirnya mereka yang tak ber ”ideologis” pasti akan “tersingkir” dari lingkaran walau pun kita se biologis dan pada titik akhirnya rivalitas tak bisa ditepis.
Politik indonesia memang sangat identik dengan menang dan kalah, karena keberadaan politisi pada kondisi struktur bukan lagi terpahami sebagai sebuah amanah tapi telah tereduksi maknanya menjadi sebuah tahta penguasaan dan akhornya kalah selalu tersingkir dari lingkaran walau menang tak semestinya. Nada kekuasaan yang berhembus seperti racun yang membius yang akhirnya kepada siapa dihinggapi racun itu pasti akan terkesima.
Singgasana memang menyimpan rahasia yang terus merambah politisi dengan wajah penasaran, yang akhirnya siapapun yang pernah berlabuh akan terbuai denga rasa penasaran, yang akhirnya menarik untuk kembali menikmati. Kekuatan dn kekuasaan adalah pemikat politisi yang selalu ditampilkan oleh “kursi” selain paras penasarannya juga tak ketinggaln menggelitik hasrat politisi. sungguh damai hidupku bersamanya (jabatan).
Kekuasan dan kekuatan sepihak memang sangat mengancam keberadaan masyarakat ( rakyat ) yang mungkin sudah kian lama terbelenggu oleh hasrat para penguasa. Kenyaman, kesenjangan serta keadilan tak lagi dan mungkin sudah bisa dipastiakan sangat takut menyapa massyarakat ( kecil ), semua kenyamanan telah direnggut oleh mereka penguasa, kesenjangan waktu telah dirampok oleh penguasa dan keadilan yang merata telah dirobohkan oleh mereka yang berkepentingan. lantas akan seperti apa masyarakat (kecil).
Lingkaran kekuasaan memang sangat kental dengan politik, safari politik gencar dilakuakan dengan mengatasnamakan silaturahhim hanyalah pelarian sesaat. jabatan sudah tak lagi diduduki oleh mereka yang pantas tapi mereka yang matang ( kekuatan politik ).
Citra politik sudah tak lagi baik dimata masyarakat lewat lakon para politik yang semakin hari semakin diperbudak oleh jabatan. Memperbaiki diri dengan cara yang dimana anda mencoreng kepercayaan masyarakat, itu tak mengembalikan wajah politik pada posisinya tapi malah akan menambah catatan buruk politik dimata masyarakat.
Amanah bukan lagi menjadi spirit kerja struktural para penguasa tapi hegomoni kekuasaan dijadikan tujuan untuk menguasa, yang akhirnya menyatunya dua kekuatan yang sama demi untuk hasrat serta menambah jatah waktu masyarakat (kecil) dalam lingkaran masalah.
Oleh: Fazlur Rahman R. Maloko
Editor: AFR
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar