redaksiaklamasi.org –  Lela, aku punya sebuah kisah yang ingin ku ceritakan kepadamu. Kisah ini tentang seorang pria yang pernah menanam benih Cinta kepada seorang gadis desa. Tapi dalam rentetan kisah yang akan ku ceritakan, aku akan menjadi sosok pria itu dan aku harap kamu bisa mendengarkan Lela.

Lela, pada malam itu, aku terbangun dari mimpi yang begitu absurd dan aku selalu bertanya tanya akan perihal itu, setiap kejadian yang telah terjadi dan pertemuan dengan semua orang dan aku tak paham dalam mimpiku itu, seakan semua yang ku temui dalam mimpi hanya memberikan tanda. tapi Lela, dari semua yang telah ku temui, ada satu gadis yang membuat diriku terpukau. dan sontak aku terbangun.

Pagi harinya, aku menikmati pemandangan dari atas bukit di villa keluarga ku. aku berjalan menyusuri tanah yang begitu becek dan dikelilingi perkebunan teh, warga desa itu, yah.! sudah kebiasaannya melakukan pekerjaan pada pagi hari. disaat fajar akan melepaskan rindu kepada senja. sapa menyapa dengan warga seakan hal itu telah ku lakukan. disaat itu lah aku melihat sosok gadis, dari arah timur disaat fajar mulai menampakan dirinya, aku mencoba melihat wajahnya. tapi, terlalu begitu samar tertutup kabut dan terkena pancaran cahaya.

Wajahnya Lela, wajahnya.! Dia orang yang semalam ku mimpikan Lela. Kini dia ada di hadapan ku.

Entah ini pertanda bahwa aku harus mengenal dan mendekati dia.

Pada saat itu. terasa kaku, canggung, dan badan ku terasa gemetar tak seperti biasanya.
Gadis desa ini ternyata begitu kemayu dan begitu ulet dalam bekerja. daya tarik nya begitu kuat sehingga aku tak kuat menahan nya. se bulan sudah berjalan komunikasi kami, selama se bulan kemarin dia begitu perhatian, peduli, penyayang. tak sanggup aku mencurahkan dari subjektivitas ku untuk dia.

Pada bulan kedua perkenalan kami. Aku Lela, Memberanikan diri menanam benih untuk dia, dan hingga benih ini tumbuh semerbak bunga mawar.


Semenjak itu Lela, Putaran waktu tak terasa lagi seakan membuat diriku telah masuk ke ruang romantisme dan tak tau arah untuk pulang.

Semenjak itu aku selalu berlibur dan melepas kepenatan kerja di Villa keluargaku . Tak terasa setiap akhir pekan, selama 2 tahun ini aku menjalani hubungan dengannya.

Tapi Lela, Aku terperangkap dan mencoba untuk keluar dari penjara itu. Kamu tauh kan Lela dibalik bunga mawar yang indah ada hal begitu perih ketika kamu memetiknya.

Aku hanya ingin memetik buah dari benih yang ku tanam kemarin, entah kenapa buah ini hanya membuatku luka.

Seperti deru nada-nada yang di sebabkan hembusan angin dan membuat dedaunan saling berjatuhan.

Aku ingin menjadi daun Lela. Yah daun Lela ! Dedaunan itu tak pernah membenci angin, yang memisahkan rindu-rindu mereka kepada ranting.

Aku pun tak sanggup menahan luka, yang dia berikan.

Kamu tahu Lela. Sekian lama kami bersama, benih yang ku tanam telah berbuah, tapi tak pernah lagi aku ingin memetiknya.

Ahk.! Biarlah, biarlah benih Cinta itu tetap tumbuh, biarlah iya tetap berbuah. Aku tak bisa memetik buah yang hanya membuat bekas luka!

Kamu tahu Lela,.! Aku telah pergi dan meninggalkan benih cinta itu. Aku tak takut lagi tak menyirami benih itu, biarkan iya mati, berserta kenanganku.

Jikalau akan ada yang mencoba menyirami, semoga benih itu telah mati.!

Iya Lela , Aku tak mau benih yang ku tanam akan tumbuh lagi dan hanya memutar waktu kembali.
Kini aku telah mengubur kisah itu bersama dengan dirinya.!

Kamu tahu Lela, aku akan mencari jalan yang lain, dengan kisah yang lain, dan aku akan menanam benih cinta yang tidak Menumbuhkan Bunga Mawar.

Oleh : Hidayat Gofur Hanna (Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar dan Kader Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Cabang Gowa Raya)

Editor : Andi Muh Ridha

0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
REDAKSI AKLAMASI © 2016. All Rights Reserved | Developed by Yusran016
Top