redaksiaklamasi.org - Sekilas kajian pengantar puisi pada kesempatan kali ini adalah akhlak manusia sebagai sikap antara manusia dengan manusia serta manusia dengan Tuhannya.
Dalam sebuah tafsiran bahwa kehidupan kita sehari-hari, kebanyakan yang kita alami adalah menjalani hidup laksana tak melihat dan tak merasakan sebuah perjumpaan, Kadang kita lupa bahwa di hari kemarin kita telah berjanji, lalu berbuat hari ini dan sudah jelas bahwa hari esok kita akan bertanggung jawab. Hal tersebut menyangkut tingkah laku manusia bahwa perlakuan atau tindakan seseorang itu semuanya berpengaruh dari jiwanya.

Mengutip perkataan Ibnu Maskawaih bahwa “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)”.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik ia sebagai manusia yang beragam, maupun sebagai makhluk individu dan sosial. 

Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia adalah atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai material. Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia. Sebab akhlak adalah Budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Akhlak timbul sebagai sikap adanya hubungan antara sang Khaliq dengan makhluk.

Sebab menurut Imam Al-Gazali “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Jikalau kemudian kita sebagai manusia yang hanya sekedar cinta dan mengejar nilai yang hanya bersifat materi, maka manusia pasti kehilangan kendali dan salah arah bila nilai-nilai spirituanya di tinggalkan. Sehingga mudah terjerumus ke berbagai tindakan keliru dan kerusakan akhlak.

Mengejar nilai-nilai materi saja, tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana yang hebat, karena orientasi hidup manusia semakin tidak memperdulikan kepentingan orang lain, hingga melahirkan persaingan hidup yang tak sehat.

Menurut pandangan filsafat bahwa persamaan akhlak dengan etika itu ada persamaan, sebab keduanya memiliki dua persamaan membahas masalah baik dan buruk tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat manusia ialah mendapat ideal yang sama bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.

Jadi dapat kita lihat bahwa akhlak adalah merupakan sikap jiwa yang telah tertanam dengan kuat yang mendorong pemiliknya untuk melakukan perbuatan. Juga menurut pandangan Islam bahwa akhlak yang baik adalah mata rantai dari keimanan.
Rasulullah SAW pernah bersabda. “Orang mukmin yang sempurna imannya adalah terbaik Budi pekertinya”.

Salah satu contoh akhlak yang paling mulia telah dijabarkan dalam Al-Quran ada dalam surah Al Balad : 12-16 Artinya: “Dan tahukah engkau apa jalan yang mendaki itu?”(12)

“Melepaskan perbudakan.” (13)

“atau memberi makan pada hari kelaparan” (14)

“terhadap anak yatim yang sekerabat” (15)

“atau orang miskin yang kepayahan.” (16)

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah kau dustakan?
Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling berguna untuk orang banyak. Maka dari itu marilah kita saling mengajak menuju jalan yang di ridhohiNya.

PUISI

Berjalanlah Meraba Makna

Karya: Iwan Mazkrib

Lihatlah bekas bekas ucapanmu yang latah tak terdengar sempurna
Perilaku bias membunuh sadar mengikis jejak jumpamu
Tenggelam ke dasar nestapa lalu kau rasakan aroma rindu
Bercerminlah pada sepi dan berjalanlah meraba makna
Pada jazad yang telah kita pinjam adanya
Kau dan aku berani memijak bumi menikmati dermaga cahaya
Lalu kita bermain kata dengan bebas menggulung udara
Tak mengenal masa, terbawa hasrat dan mestinya kita berdo’a
Aku, jiwamu dan takdirmu berselimut dan berlindung pada cintaNya
Dalam perjalananmu akan kau temukan dirimu memeluk tuhanmu
Setelahnya, kesenjangan tak berlogika akan banyak kau jumpai wajah wajah tak serupa
Di dalam batinmu aku mengajak Rohanimu memuja kebesaranNya di hadapanmu.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah kau dustakan?
Menanti kebahagiaan hakiki.

Gowa, 11 Januari 2016

Oleh: Iwan Mazkrib

Editor: AK

0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
REDAKSI AKLAMASI © 2016. All Rights Reserved | Developed by Yusran016
Top