Rahmatullah Usman. Dok. Fb |
redaksiaklamasi.org - Oleh: Rahmatullah Usman (Mahasiswa
Universitas Muslim Indonesia dan Kader Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Makassar
Timur)
Dalam referensi saat
ini sangat jarang mengkaiji tela’ah mengenai kosmologi perempuan. Adapun
mengenai kosmologi hanya pada titik pembahasannya mengenai saintifik dan pada
perempuan hanya dengan pengkajian kalam. Para ilmuan dalam bidang sains
berusaha mengungkap misteri dari dunia ini, berbagai penemuan-penemuan mereka
tentang dunia ini, memunculkan reaksi para peneliti sainstifik, seperti dalam
penemuan Demokritus bahwa keberadaan alam ini adalah benda-benda yang terdiri
dari atom-atom bagian dari benda terkecil yang tak dapat dipisahkan. Dan nama
atom-pun diberikan oleh para ahli kimia menjadi Dalton yang ditemukan pada zat
terkecil .
Dengan perjalanan
sejarah sains, menemukan bahwa Atom Dalton
bukanlah atomos seperti yang dipahami oleh demokritus. Jika atomos bagian benda
terkecil yang tidak mempunyai bagian yang lebih kecil lagi, tidak demikian
dengan penemuan atom dalam kimia modern. Para fisikawan menemukan bahwa atom
zat kimia itu terdiri dari bagian-bagian terkecil yaitu inti dan elektron dan
bukan hanya itu masih diparuh waktu, para fisikawan menemukan kenyataan bahwa
inti atom pun terdiri dari dua jenis pertikel atau butiran yang lebih kecil yaitu
dua nucleon: Proton dan Netron.
Dan diparuh abad
ke-dua puluh para fisikawan menemukan lagi bahwa lebih dari seratus partikel
elementer yang setara tapi lebih berat dari nucleon. Dari sini para ilmuan
mulai curiga bahwa partikel elementer bukanlah bagian terkecil dari benda, akan
tetapi partikel-partikel terkecil itu disebut quark. Meski demikian para ilmuan eksperimental masih mengkaji dan
mencurigai bahwa quark yang lebih
terkecilpun masih bisa di bagi. Dan dalam kebuntuan itu muncul beberapa
digtumnya. Ada yang mengatakan alam ini substratum, ruang hampa, lubang hitam dan
lain sebagainya. Dari ketidakmampuan mereka mengungkap alam ini, dengan dasar
eksperimental, maka alam ini dibiarkan saja seperti apa yang mereka istilahkan,
kepuasan mereka apa yang dipahaminya, menjadi suatu ke-imanan dan penghambaan
mereka. Walhasil hanya dogma yang terjadi. Dan rahasia alam (kosmik) ini
berakhir dari eksperimental.
Dari runtutan
mengenai kosmik, juga pembahasan perempuan yang sangat deterministic dari
syariat, perempuan ditafsirkan menurut hukum syariat. Tanpa memahami terlebih
dahulu hukum asalhnya (ushul fiqhi). Jadi deterministic perempuan seakan
memenjarakan dirinya, perempuan menjadi mahluk nomor dua seperti di zaman
yunani. Jadi para penafsir perempuan yang menggunakan syariat telah banyak
mengekang hak-hak perempuan, kekuasan lak-laki terhadap perempuan. Maka terjadi
syariat digunakan untuk poligami, perang, menjadi wakil tuhan seutuhnya, padahal
ada maksud tersembunyi dari syariat yang di gunakan itu. Kemudian barat melihat
bahwa perempuan dalam islam sangat tertekan dari hukum syariatnya, mereka tidak
mempunyai kebebasan individu untuk kehidupannya. Ketidakadilan terhadap
perempuan.
Para intelektual muslim
tradisional seperti Imam Al-Ghazali telah mengkritik para
pengguna syariat karena kepicikan dan kedangkalan pemikirannya. Bahwa apa yang
dikatakan mereka banyak terjadi pembenaran. Hanya saja peran intelektual muslim
telah banyak di salah pahami oleh para pengikut atau pengguna syariat. Maka
barat melihat bahwa syariat Islam sebagai Islam
Ortodoks. Jika dinamika ini tetap terjadi maka sampai penilaian terhadap perempuan
tetap menjadi nomor dua. Bukankah Rasul Muhammad SAW sangat memuliakan
perempauan?
Dari penjabaran
diatas bagaiamana kajian ini ingin menghubungankan antara kosmologi dan
karakteristik feminin, yang dalam istilah kajian kami ialah kosmologi
perempuan.
Kosmologi perempuan
ingin menjelaskan bagaiamana keterhubungan sesuatu di alam semesta ini dan tuhan
bertindak atasnya, baik itu dari segi makrokosmik dan mikrokosmik. Juga
bagaiamana perempuan di pandangan sebagai mahluk Ke-Indahan Tuhan. Alam semesta
ini adalah sebuah cerminan Tuhan atas Kecintaan dirinya sebagai perbendaharaan
yang tersembunyi. Ia ingin dikenal atas Ke-Mahakuasaannya, ia bertindak untuk
mencipta, dari tindakan itu adalah sebuah perkawinan maka muncullah sesuatu.
Apa yang menjadi
tindakan Tuhan karena atas kecintaan dirinya, maka sesuatu yang muncul pertama
kali adalah pena. Kata pena, dalam riwayat hadis Rasul Muhammad
SAW adalah akal, akal ini dalam istilah pena untuk melukis. Dari pena tersebut tuhan mengisikan sesuatu padanya yaitu
tinta, maka lembaran dari tinta itu adalah jiwa (universal), artinya bahwa jiwa
ini melingkupi segala sesuatu. Dan asal dari jiwa ini adalah dirinya, ia ingin
melukiskan pengetahuannya, tanda-tanda agar ia dikenal.
Maka apa keterkaitan
alam ini yang disebut perempuan?. Apakah perempuan hanya sebagai jenis
kelamin?.
Dalam istilah kosmik
adalah feminitas itu sifat penerima. Artinya feminitas adalah sifat dari
perempuan. Apa yang menjadikan alam ini sebagai penerima karena ia tercipta
dari tindakan tuhan itu sendiri.
Kosmologi perempuan
jika ditarik dalam jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Berarti ada
sisi maskulin dan feminine. Maskulin pada laki-laki dan feminin pada perempuan.
Lantas bukankah alam semesta ini adalah penerima? Bahwa selain Tuhan semuanya
perempuan?.
Dalam kosmik alam, memang
pada faktanya ada feminin dan maskulin secara ilmiah. Kemaskulinitas itu adalah
sifat-sifat tuhan, seperti Maha Melindungai, Maha Kuasa, Memberi dan sifat Maskulin
lainnya.
Bukan berarti kita
menafikan sifat feminin Tuhan, cuman persoalannya maskulinitas ini yang
secara ilmiah muncul dari mana?, berarti bias kita dapati bahwa ini adalah
jalan lain dari kosmik ini. Dari hal yang demikian itu bahwa maskulinitas
muncul atas kecintaan Tuhan terhadap feminitas, seperti alam ini dan perempuan.
Dalam segi maskulin Tuhan ingin menjaga perempuan di alam ini, dan
melindunginya atas kecintaannya terhadapnya, maka Tuhan melalui diri laki-laki datang
untuk menjaga perempuan.
Atau dengan kata
lain, Tuhan sangat menyayangi ciptaannya, maka di-utuslah laki-laki untuk melindungi
perempuan. Dari uraian ini, keterjagaan perempaun atas kecintaan Ilahi
kepadanya, tapi dalam kosmik harus ada keseimbangan alam. Laki-laki dengan
maskulinitasnya tidak akan sempurna secara kosmik jika ia tidak mendapatkan feminine
Begitupun dengan perempuan, artinya harus ada saling terhubungan antara
perempuan dan laki-laki. Maka dalam hal ini adalah pekawinan secara
peyempurnaan kosmik.
Jika tanpa
perkawinan, lantas pena yang ciptakan Tuhan menjadi sia-sia, dan terjadi
keterpisahan. Jadi pena dalam hal ini adalah laki-laki dan lembaran adalah perempuan
Dalam seksualitas, benih yang di tanamkan laki-laki dalam Rahim perempuan itu
adalah lukisan Tuhan sendiri yang memberi tinta untuk di-lukiskan. Jadi
seksualitas adalah suatu pertemuan sifat Tuhan antara maskulin dan feminin.
Ketika hubungan seksualitas antara laki-laki dan perempuan terjalin maka suatu
peyatuan jiwa universal antara tuhan, jiwa dan alam. Dan disinilah pertemuan
spiritual antara mahluk dan ciptaan,Karena hubungan seksulaitas bertemunya
sperma dan ovum, maka peniupan ruh terjadi saat seluruh jiwa menyatu di
dalamnya.
Maka dengan ini bahwa
perkawinan adalah jalan pertemuan antara Tuhan dan mahluknya melalui diri
perempuan. Mengapa demikian?, karena sifat feminin terdapat pada diri
perempuan. Artinya perempuan memberikan femininnya kepada laki-laki dan laki-laki
memberikan maskulinitasnya dalam hubungan perkawinan (seksualiatas). Dan atas
kerinduan Tuhan pada perempuannya, maka ia mengutus laki-laki untuk menjaganya.
Dan hubungan seksualitas itu adalah kerinduan tuhan dan kecintaannya pada
perempuan. Maka secara kosmologi perempuan, adalah keindahan perempuan
dipandang sebagai sifat Kasih Sayang Tuhan pada diri perempuan, Kerinduan Tuhan
dan Cintanya pada perempaun.
Dan Tuhan untuk
melepaskan kerinduannya pada perempuan ialah melalui diri laki-laki. Maka
perempuan dalam pandangan kosmik adalah kesucian. Dan alam semesta ini
merupakan wadah Tuhan untuk dikenal, diketahui dan diketahuainya melalui diri
perempuan. Maka tuhan sangat menjaga alam ini dan perempuan. Maka muncullah
syariat mengenai perempuan karena syariat itu juga atas dasar Kecintaan Tuhan
pada perempuan. Bukan seperti apa yang di pahami para penafsir perempuan yang
menggunakan syariat Juga alam ini bukan apa seperti apa yang pahami oleh para
ilmuan saintifik yang eksperimental itu.
Editor: Andi Haerur Rijal
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar