Ayatullah Ruhollah Musavi Khomeini, Dok Int |
redaksiaklamasi.org - Kala itu, yang kelak akan menjadi momentum besar bagi sejarah Iran, pesawat carter Air France 747 terbang berputar tiga kali di atas Pegunungan Elburz sebelum akhirnya mendarat di Bandara Mehrabad, Teheran, pada suatu pagi awal Februari 1979.
Saat itu, angin dingin berembus kencang dan pintu pesawat pun terbuka.
Segera, saat itu, seorang laki-laki tua, dengan turban hitam melilit di kepalanya, melangkah tenang dan penuh percaya diri menuruni tangga pesawat. Setelah 15 tahun diasingkan di Najaf, Irak, dan Neauphle-le-Château, desa kecil di pinggiran Kota Paris, Prancis, itulah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di tanah kelahirannya –dan kedatangannya ke negeri kelahirannya ini kemudian merubah sejarah Iran.
Dia-lah Ayatullah Ruhollah Musavi Khomeini musuh bebuyutannya Amerika dan Israel.
Dari Bandara Mehrabad itu, Khomeini pun langsung berziarah ke pemakaman Behesht-e Zahra. Para pendukungnya berkerumun tak ubahnya semut di sepanjang jalan. Saat itulah ia berpidato: “Shah Mohammad Reza Pahlavi, si setan pengkhianat, sudah pergi. Dia melarikan diri dan menjarah semuanya.... Dia telah menghancurkan negara ini dan mengirim korban-korbannya ke kuburan,” seperti dikutip BBC.
Kepulangannya telah merubah Iran yang dipimpin penguasa yang mempraktekkan monarkhi menjadi Republik Islam demokrasi yang hukum dan falsafahnya diambil dari khazanah Islam, dan Khomeini sebagai pemimpin tertingginya.
Bertahun-tahun sebelumnya, kala Inggris mundur dari kawasan Teluk dan Terusan Suez pada 1971, Shah Iran Mohammad Reza Shah Pahlevi mengangkat dirinya sendiri menjadi “Pengawal Kawasan Teluk”. Bermodal duit berlimpah dari hasil minyak bumi, Shah Iran menggenjot industri negaranya. Dia menyebut Iran sebagai “Jepang di Timur Tengah”.
Sayangnya, Shah Reza Pahlevi juga membebaskan Israel dan Amerika mengeruk kekayaan Iran di saat rakyat Iran banyak yang miskin.
Karena keadaan politik di era rezim monarkhi Shah Reza Pahlevi yang membiarkan dirinya menjadi boneka Israel dan Amerika itulah ada kebencian tersembunyi di hati rakyat Iran, dan Khomeini berhasil memantiknya menjadi gerakan perlawanan.
SULAIMAN DJAYA
Editor: Nur Aisyah Ramadhani
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar