redaksiaklamasi.org - Diri yang murni
asali mulai membungkuk pada kaedah-kaedah penokohan. Atas apa yang di sebut
sunyi berjubah sepi, hingga sampai pada berisik yang tak tau diri.
Kalam-kalam
ketuhanan datang menjelaskan kehambaan. Dari sunyi ke bunyi, bunyi ke kata,
kata ke aksara, aksara ke cinta dan jatuh pada perihal intuisi.
Begitulah
diri, selalu tertarik atas luapan metafor berparas eksis tanpa melihat bara
panas bersembunyi di sela-sela nafas.
Khilaf
demi khilaf dijadikan alasan atas kesalahan. Meminta saat krusial dan lupa
ketika jauh dari kata gagal.
Hatur
Maaf hamba, atas salah yang disengaja. Lupa pada yang mula, hingga sadar bahwa
diri memang hanya sebatas tunduk dan patuh padaNya.
MUH FIRMAN RUSYAID (Mahasiswa Jurusan Peradilan Agama UIN Alauddin Makassar,
Ketua SIMPOSIUM Sulawesi Selatan, Anggota di Taman Baca serta kader HMI
Komisariat Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Cabang Gowa Raya)
Editor: Fahrul Fahreza
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar