redaksiaklamasi.org - Seiring
perkembangan dari masa ke masa kita memandang bahwa Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) hadir sebagai dinding pertahanan negara republik Indonesia. Sebagaimana
ketika kembali melirik historis HMI 70 tahun yang lalu bahwa hadirnya HMi
dilihat dari tiga kondisi yakni, kondisi keummatan, kondisi keislaman dan
kondisi kemahasiswaan yang pada saat itu mengalami keterpurukan. Sehingga
HMI yang eksistensinya sebagai tonggak perjuangan bangsa dan negara
Indonesia telah memberikan kontribusi nyata hingga saat ini dan masih konsisten
dalam gebrakan perjuangannya untuk menentukan arah bangsa dan negara Indonesia.
Dari masa ke masa HMI
dalam merawat Indonesia itu kemudian dilihat dari kondisi zaman yang telah
membawa bangsa Indonesia semakin menyelami tantangan zaman, baik dari segi
kepentingan, pembutaan sejarah, pertarungan ekonomi global, serta kehidupan
dibawah kendali teknologi yang semakin mencekik kondisi bangsa Indonesia
diakibatkan majunya arus modernisasi.
Kita juga memandang
secara kelembagaan bahwa di samping HMI memelihara bangsa dan negara Indonesia,
bukan hanya sekedar hadir sebagai organisasi yang eksis saja, melainkan peran
kader HMI yang hari ini sangat perlu menjujung nilai-nilai perjuangan yang
terkandung di dalamnya.
Kritik terhadap HMI
datang dari dalam dan dari luar HMI. Kritik ini sangat positif karena dengan
demikian HMI akam mengetahui kekurangan dan kelebihan organisasi. Sehingga
kedepan kita mampu memperbaiki dan menentukan sikap dan kebijakan yang sesuai
dengan keadaan zaman.
Dari masa kemasa,
beberapa persoalan yang dihadapkan pada HMI tentang kritik independensi HMI,
kedekatan dengan militer, sikap HMI terhadap komunisme, tuntutan Negara Islam, dukungan
terhadap rehabilitasi Masyumi, penerimaan azas tunggal Pancasila, adaptasi
rasionalitas pemikiran, dan lain-lain yang memberikan penilaian kemunduran
terhadap HMI, Yahya Muhaimin dalam konggres HMI XX mengemukakan konsep tentang
revitalisasi, reaktualisasi, refungsionalisasi, dan restrukturisasi organisasi.
Anas Urbaningrum menjawabnya dengan pemberian wacana politik etis HMI. Yakni
dengan langkah peningkatan visi HMI, intelektualisasi, penguasaan basis dan
modernisasi organisasi.
Untuk pencapaian
tujuan HMI perlu dipersiapkan kondisi yang tepat sebagai modal untuk merekayasa
masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang dihadapi HMI
dan masa depan bangsa Indonesia sangat komplek. Tetapi justeru akan menjadi
peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita HMI sampai mencapai
tujuan.
Dengan mengetahui
sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang HMI. Hal
tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para
pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari
HMI tidak hanya cukup dengan mengikuti training formal. Mempelajari dan
menghayati HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan
dimanapun. Dengan cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan
nilai-nilai HMI dapat dilakukan secata utuh dan benar.
Memandang HMI dalam
perspektif tantangan zaman kita memahami kondisi sekarang bahwa kader HMI telah
mengukungi eksistensinya sebagai kaum yang memiliki peran dan tanggung jawab
yang begitu serius dalam mengawal kondisi bangsa dan negara Indonesia, maka
dari itu kader HMI harus mengetahui dan meningkatkan 3 hal yakni:
1.
Kader HMI harus
mencerminkan dirinya bahwa ia adalah Mahasiswa Islam.
Kader-kader yang
berkecimpung dalam HMI tidak lain adalah mahasiswa islam, dalam artian ketika
kita beracuan dengan tujuan HMI yang dikenal sebagai insan akademis, yang mampu
mencipta dan mengabdikan dirinya itu tidak terlepas dari nilai-nilai Islam "bernafaskan Islam".
Perjuangan HMI
bukanlah semata bergerak di dunia politik, sosial, atau bahkan bergerak hanya
sebatas kepentingan saja, melainkan kader-kader HMI haruslah lebih bergerak
dengan nuansa islami. Hal demikian dimaksud bahwa selain mendalami Nilai Dasar
Perjuangan, kader HMI haruslah lebih aktif dan mengamalkan menjujung tinggi
nilai-nilai Islam dalam dirinya dengan melalui gerakan lembaga dakwah dan
kajian islam serta mengamalkannya berdasarkan syariat islam dengan landasan
Al-Qur'an dan Hadist. Mengutip tulisan kakanda Syawaluddin Rala yang berjudul
Gerbong Marxisme-Leninisme; Semarak Aliran Kiri dan Paham Liberal dalam Tubuh
HMI bahwa "Diperkirakan sekitar 65 % Kader-kader HMI Saat Ini telah
terjebak di dalam ideologi kiri dan paham liberal.
Hal itu dapat kita
lihat dari berbagai diskusi yg sering dilakukan oleh kader HMI, kelihatannya
lebih banyak yang bernuangsa mengagung-agungkan kebebasan tanpa batas dan
mengesampingkan diskusi tentang ajaran2 agama". Hal yang dimaksud
bahwasanya selain memahami ideologi kiri kiranya kader HMI harusnya lebih
mendalami ideologi islam seperti apa yang tertuang dalam Nilai Dasar Perjuangan
HMI, sehingga membuktikan bahwa identitasnya adalah islam. Inilah yang kita
maksud bahwasanya kader HMI haruslah mencerminkan dirinya bahwa ia adalah
mahasiswa islam.
2.
Kader HMI Tidak Boleh
GAPTEK (Gagal Paham Teknologi)
Di samping perjuangan
kader HMI dalam merawat Indonesia bukanlah sebatas mampu memahami konsep dalam
dunia gerakan yang cenderung membawanya ke sifat-sifat prakmatis, vandalis
ataukah sebatas kekuatan semata, melainkan kader HMI mampu bergerak di bidang
teknologi. Memelihara Indonesia di era globalisasi ini kader HMI tidak boleh
gagal paham teknologi, namun kader HMI mampu menguasai teknologi melalui
gerakan media sosial, literasi, ataupun teknik penguasaan teknologi dalam
gerakan modernisasi dengan menjalankan lembaga otonom HMI di dunia teknologi
seperti Lembaga Pers Mahasiswa Islam
(LAPMI) sehingga perjuangan HMI tak mampu dibatasi oleh tantangan zaman.
3. Kader HMI Selain Mendalami Teori ia
harus Update Informasi.
HMI adalah organisasi
yang mampu melahirkan kader-kader yang berkapasitas pemimpin, menciptakan kader
yang berintelektual dengan basis pendalaman teori yang bergelut diberbagai
bidang mana saja. Namun kader HMI yang dikenal sebagai kader insan akademis
dengan mendalami dunia kajian atau yang kita kenal dengan dunia teori, maka
kader HMI haruslah menggunakan pisau analisis dengan lebih update dalam dunia
informasi. Mengikuti perkembangan dengan lebih aktif menjabah berita sehingga
mampu melihat kondisi ataupun polemik yang terjadi saat ini. Hal demikian
sehingga tidak mengalami ketertinggalan informasi ataupun isu-isu yang beredar
yang mampu menghantui dan menjerat bangsanya.
Demikianlah apa yang
dapat kita rangkum mengenai HMI dalam perspektif tantangan zaman. HMI hadir
bukan hanya sebagai Himpunan Mahasiswa Islam yang dijadikan sebagai lembaga
ajang proses yang mampu melahirkan berjuta-juta kader. Tetapi HMI hadir sebagai
tameng bangsa dan negara Indonesia yang mampu membaca dan mengendalikan kondisi
zaman dari masa ke masa. Sebab HMI bergerak dengan Harus Memaknai Islam,
berjuang Hanya Modal Ikhlas, dengan dasar Harus Makan Ilmu, karena HMI adalah
Harapan Masyarakat Indonesia.
Darah Hijau Hitam
akan selamanya mengalir di seluruh pelosok tanah air tercinta, Indonesiaku.
Salam perjuangan, panjang umur perjuangan.
Yakinkan dengan Iman.
Usahakan dengan Ilmu.
Sampaikan dengan
Amal.
Bahagia HMI, YAKIN
USAHA SAMPAI.
Semangat 70-Tahun HMI
Gowa, 05 Februari 2017
Penulis: Iwan Mazkrib (Mahasiswa Jurusan Peradilan Agama UIN Alauddin Makassar dan Kader HMI Komisariat Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)
Editor: Fahrul Fahreza
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar