Foto: Presiden Ir. Soekarno (kiri) bersama dengan D. N. Aidit (kanan). (Screenshoot Youtube). Dok. merahputih.com) |
redaksiaklamasi.org – Dilansir merahputih.com
Desakan pembubaran organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pernah disampaikan
Ketua Central Committee Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara
Aidit.
Dalam
sebuah orasi politiknya di Kongres II Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia
(CGMI) pada tanggal 28 September 1965 di Istora Senayan, secara tegas Aidit
meminta kepada CGMI untuk membubarkan HMI. Jika CGMI tidak bisa membubarkan
HMI, Aidit menyarankan agar kader CGMI laki-laki sebaiknya menggunakan
sarung.
Malam
itu gemuruh tepuk tangan dan teriakan pembubabaran HMI terasa begitu kuat.
Sekitar 25.000 kader CGMI memadati Istora Senayan di Jakarta. Di luar gedung
lebih dari 40.000 massa pendukung dan simpatisan PKI terus meneriakkan yel-yel
"Bubarkan HMI, Bubarkan HMI". Teriakan tersebut terus menggema
sepanjang Kongres II CGMI berlangsung.
Tiba
giliran Aidit memberikan sambutan. Di hadapan puluhan ribu kader CGMI dan PKI
lagi, lagi Aidit meneriakan pembubaran HMI. Bagi Aidit pembubaran HMI adalah
urusan kecil dan ia tidak perlu turun tangan. Aidit menyerahkan sepenuhnya
pembubaran HMI kepada CGMI.
"Kalau
CGMI tidak bisa membubarkan HMI lebih baik anggota CGMI yang laki-laki
menggunakan kain saja," kata Aidit yang disambut gemuruh tepuk tangan
barisan pendukungnya.
Bukan
hanya minta HMI dibubarkan, Aidit juga menyindir Presiden Sukarno lantaran
pemimpin besar revolusi tersebut memiliki istri lebih dari satu.
"Negara
ini tidak akan bisa maju jika diurus pemimpin yang memiliki empat atau malahan
lima orang istri," teriak Aidit.
Bung
Karno yang hadir dalam acara Kongres II CGMI hanya diam mendengar orasi politik
Aidit, sebaliknya sejumlah hadirian juga diam seribu bahasa. Bung Karno
kemudian meninggalkan lokasi Kongres tanpa banyak bicara.
Victor
Tanja
dalam bukunya berjudul "Himpunan Mahasiswa Islam: Sejarah dan Kedudukannya
di tengah Gerakan-Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia terbitan Sinar Harapan,
Jakarta: 1982, menjelaskan konflik antara HMI dan PKI sudah berlangsung cukup
lama".
Ia
membeberkan sejak pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 PKI sudah memandang
HMI dengan corak sama dengan Masyumi. Bagi Aidit, HMI harus dienyahkan sama
seperti Masyumi yang dibubarkan pada tahun 1960.
Aidit
bersama dengan PKI juga melakukan agitasi massif yang ditujukan kepada HMI.
Aidit menuding HMI anti Sukarno, kemudian terlibat dalam gerakan separatis di
berbagai daerah, antek nekolim dan mendukung gerakan Darul Islam.
"Sejak
pemberontakan Madiun kaum komunis memandang HMI sama dengan Masyumi, karena itu
mereka berhasrat menghancurkan organisasi ini secepat-cepatnya," tulis
Victor.
Gerakan
anti HMI terus berkembang luas Dr. Ernst Utrecht seorang Dekan
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya di Jember mengeluarkan pengumuman yang
intinya melarang HMI ikut serta dalam kegiatan apapun di Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya.
Namun
Presiden Sukarno tetap membiarkan HMI hidup dengan pertimbangan HMI bukanlah
suatu gerakan politik yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah
dirajut Bung Karno selama puluhan tahun.
"Melalui
seorang utusan, Presiden Sukarno berpesan agar HMI meneruskan
kegiatan-kegiatannya," tandas Victor.
BACA
JUGA:
- Pertahankan NKRI Tujuan Utama Didirikannya HMI
- Kader HMI Asal Sulsel Mengamuk Saat Pembagian Nasi Bungkus
- Wapres JK: Rp3 Miliar APBD Riau untuk Kongres HMI Hal Biasa
- Jokowi Silahturahmi dengan Para Teladan Nasional
- Demo Jokowi, HMI Kerahkan 1000 Pasukan
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar