Ilustrasi. (redaksiaklamasi.org/Andi Muh Ridha R) |
redaksiaklamasi.org - Apa kabar liburan?
Liburan bukan ruang
untuk bersenang-senang, melainkan kesempatan untuk mempertanyakan nilai-nilai
dan seni kehidupan.
"To travel is to dispel the mists of fable and clear the mind of prejudice taught from babyhood, and facilitate perfecness of seeing eye to eye," (Thomas Cook)
Yah, seperti itulah
ungkapan dari Thomas Cook selaku pendiri agen wisata tersohor sejak
abad-19.
Sebab jelas bahwa liburan
adalah fenomena menarik untuk menjelaskan kehidupan yang bisa dibilang sempit,
hal ini bisa kita sebut sebagai salah satu cara untuk melarikan diri dari
impitan rutinitas dari kejamnya dunia.
Tapi bagaimana jika
anggapan seorang Cook yang mengatakan bahwa ini adalah kesempatan untuk
mempertanyakan nilai-nilai dan seni kehidupan, bukan untuk bersenang-senang.
Sepakat bahwa hidup
ini tanpa liburan pun kita ini sudah melakukan liburan, sebab liburan biasanya
ditandai dengan kesenangan dan berlibur tanpa senang pun itu sama saja bukan
liburan. Berbicara kesenangan itu dengan mudah bisa kita raih dimana saja,
orang biasanya merasa tidak senang atau tidak adanya kenyamanan itu sebenarnya
berasal dari akal pikiran. Maka dari itu jika salah menggunakan pikiran
hasilnya bisa menimbulkan jebakan ambigu atau ketidakpastian dalam menjalani
kehidupan.
Ketidakpastian adalah
racun bagi fikiran manusia yang mampu menjadikan kita terjebak dalam
kebingungan. Orang yang tidak nyaman dengan kebimbangan juga akan susah
mengubah keyakinan yang terlanjur mereka pilih, meskipun mereka tahu bahwa itu
salah. Sebab mereka tak ingin kembali masuk ke dalam kebimbangan. Kita mampu
merasakan bawah ketidaknyamanan pada ketidakpastian bisa menjadi masalah yang
luar biasa, sebut saja mimpi buruk dalam kehidupan.
Baca Juga
- F3P Salurkan Dana ke IRT Penderita Kanker Asal Samaenre Pinrang
- Mari Bersama Ulurkan Tangan untuk Perjuangan AMT (Awak Mobil Tangki)
- Kabid Infokom HMI Cabang Gowa Raya Gelar Silaturahmi dengan Wakil Rektor III UINAM
Hal tersebut itu
semua disebabkan oleh penyakit pikiran sempit. Kita bisa membedakan atau
mengatasi penyakit ini dengan cara kita sendiri. Misalnya kita mencoba lebih
banyak liburan dan setelah liburan, di waktu yang berbeda kita bandingkan,
gunakan waktu itu dengan banyak membaca dan membaca misalnya karya sastra
"Paparan karya sastra dapat menawarkan cara bagi seseorang untuk lebih
berfikiran terbuka" (Djiki).
Menurut para Ilmuwan
membaca karya sastra bisa membuat seseorang memiliki cakrawala pikiran yang
lebih lapang dan membantu mereka untuk menyelami dan menerima perspektif orang
lain serta mampu lebih kreatif dalam mengambil sebuah keputusan. Hal tersebut
lebih membuktikan bahwa kebimbangan, kebingungan, ketidakpastian ataupun
semacamnya akan tergantikan oleh ketenangan tanpa kepura-puraan.
Sesungguhnya hal
demikian sudah di ingatkan oleh Konfusius pada 500-SM. Ia mengatakan bahwa "Tidak peduli seberapa sibuk kamu pikir
dirimu, kamu harus menemukan waktu untuk membaca atau kamu menyerahkan dirimu
untuk dipilih oleh kebodohan".
Itulah sebabnya
orang-orang Yunani Kuno, apapun profesi mereka, sejak kecil membaca dan
mencintai karya-karya (Homer).
Setelah kita paham
bahwa orang kadang merasa tidak senang itu hanya berasal dari pikiran mereka
yang terlalu kungkung dalam menghadapi kebingungan. Jelas bahwa realitas
kebingungan kadang terjadi karena sempitnya cakrawala berfikir dan mengatasi
hal tersebut dengan cara membuka dunia baru dengan banyak membaca.
Yah, menurut saya
luangkan waktu membaca sebab membaca adalah memilih ketenangan dan melawan
jenuh, kalau tidak maka selamat menikmati kehampaan dan berkawan kebodohan.
Terakhir, sebelum
mengambil tindakan bertanyanlah kepada diri sendiri, jangan lupa merangkul
kekuatan. Jangan menunda sebab menunda adalah membunuh diri sendiri dan jikalau
pembaca sering menunda berarti ia telah membunuh akalnya.
Selamat menjelajah
dunia baru, bukan lagi bertanya apa kabar liburan? tapi ciptakanlah liburan
dalam akal pikiran lalu berkata apa kabar dunia baru?
Melintasi Ingatan.
Oleh : Iwan Mazkrib (Mahasiswa Peradilan Agama UIN Alauddin
Makassar serta Wakil Sekertaris PPPA HMI Kom. Syarah & Hukum Cabang Gowa
Raya)
Editor : Andi Muh Ridha R
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar