redaksiaklamasi.org - Oleh : Kasrum Hardin (Santri Epistemologi, Ontologi Filsafat Dan BELA NEGARA Ponpes Madrasa Muthahhari Yogyakarta Indonesia serta Kader HMI Komisariat Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Cabang Gowa Raya)

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Filsafat teoritis dan praktis dalam pemikiran filsuf muslim bicara tentang hakikat realitas ke ada an dan ke apa an atau eksistensi dan esensi dimana presepsi adalah eksistensi internal dan objek yang dipresepsi adalah eksistensi eksternal kita melihat bahwa realitas objektif menjadi pengatar pada kemaujudan wujud subtantif terhadap kopulatif yang dalam realitas tidak bisa dipisahkan.


Secara teoritis bahwa kelogisan dan keilmiahan menjadi fundamental objektifikasi sesuatu untuk menemukan keniscayaan terhadap relativitas alam mengunakan analisis kasaulitas ,identitas dan nonkontradiksi . Secara praktis bagaimana kita memandang alam baik secara universalitas maupun partikular yang pada akhirnya menyinkap dua sesuatu , pertama nonmateri dalam materi dan unitas dalam pluralis seperti ideologis Pancasilais {Falsafatuna, Daras filsafat dan negara kebangsan pancasila}. 

Inilah yang saya gunakan dalam menganalisis objektifitas ideologi yang berkembang di indonesia yang secara struktur terjadi lompatan namun untuk sesorang menganut ideologi tertentu itu hak otonomi tapi terlepas dari itu kita perlu menguji secara capaian akal dan pengetahuan saya kira agama pun yang menolak keyakinan dipertautkan secara pemikiran maka saya yakin itu adalah Dogma belaka.

Dalam kontes pascamodren saat ini telah menjadi perbincangan yang sangat menarik baik dalam kalangan Akademisi, Aktivis dan Tradisi Pengetahuan yaitu seputar ideologi yang telah banyak masuk dan keindonesiaan yang tercinta mulai dari komunisme, Idealisme , Materialisme Dan Marxisme. Pertayaan yang tentu kita lontarkan ideologi yang mana menjadi relevansi terhadap pancasila sebagai resprestasi Ideologi bangsa Indonesia itu sendiri apatalagi ditambah radikalisme Islam , yang menjadi titik tekan saya adalah bagaimana membendung radikalisme islam yang tidak dicapai secara pemikiran dan hanya berkutak pada kefinalan teologis yang sama sekali tidak dikontruksi melalui jalan pemikiran secara struktur.


Secara pemikiran atau epistemologi tentunya setiap pemikiran harus diverifikasi untuk melihat objektivikasi ideologis tersebut yang telah kami sebutkan diatas . Dalam konteks ke-indonesiaan, komunis kurang cocok. Mengapa secara rasional kefitraan akan bertuhan itu menjadi hal fundamental di Indonesia. Ketika paham komunis dalam konsep tanpa Tuhan maka secara tidak langsung itu telah mencederai keberagaman nusatara.

Kedua idealisme yang menarik dari ideologi ini karna kebanyakan dari mahasiswa terutama di Indonesia selalu menekan tentang idealisme terhadap kawannya atau adiknya {junior} padahal peletak dasar dari teori ini ialah rene deskartes bahwa keberfikiran menjadikan ia sesuatu adasecara tidak langsung ia menolak realitas yang ia belum ketahui dan apabila kita tidak memikirkan deskartes maka ia pun tidak ada oleh karenanya pemikiran ini secara tidak langsung ia inkonsisten dengan kontruksinya.

Ketiga Materialisme asas ini dimontori oleh Gorgias yang semata bersandar terhadap material dan menolak sebuah rasio mandiri manusia kita tentu bertanya jika ia menolak adanya rasio sebagai penkonsepsi lantas gambaran terhadap objek yang dipresepsi dari mana ? Maka tentu objek itu yang masuk namun fakta menunjukan bahwa bukan material lah itu yang masuk dengan argumentasi seperti ini paham meterialisme gugur dalam struktur pemikirannya sendiri.

Marxisme inilah yang paling banyak dikalangan mahasiswa ,salahsatu teman saya di SMA mengatakan bahwa marx sesuai dengan jalan tauhid nabi muhammad mungkin ia tidak paham kontruksi bagunan pemikira marx yang dialektika meterial historis dengan tesa - antitesa -sintesa bahwa senantisa di alam ini terjadi pertentangan karna historis dan meterial sehingga ia mengatakan bahwa masyarakat tanpa kelas - kemanangan kaum proletar atas kaum borjuis. Kekeliruan pada marx jelas tergambar pertama jika jalan tauhid sama dengan pemikiran marx maka itu keliru karna masyarakat tanpa kelas bukan bicara universalitas kemanusia namun ia bicara dialektika material. 

Kedua marx mengatakan hanya dengan jalan tanpa kelas menciptakan masyarakat sejahtra tapi harus dipahami itu sesuatu yang Ahistoris berarti secara ilmiah tidak bisa di acuh ,faktapun mengatakan bahwa dalam suatu masyarakat pasti ada tingkatan dan relasi.

Dari ke empat kontruksi pemikiran diatas secara epistemik tak dapat dijadiakan acuan baik dalam kelogisan maupun keilmiahan. Dalam realitas objektif pancasila lah paling ekuivalen dengan filsafat islam baik secara teoritis maupun praksis teori. Namun bagaimana dengan radikalisme islam yang anti NKRI ciri mereka tentu dialog menolak apalagi secara pemikiran yang suka mengklaem kafir orang lain. Ideologi seperti inilah yang kami maksud sebagai dogma belaka yang tidak paham konsep nasionalis religius seperti yang pahami oleh Murthada Muthahhari dalam pancasila tentang keuniversalan dan internasionalisme yang berlaku pada semua manusia yaitu tentang KEMANUSIAN {perikemanusian}, KEADILAN {keadilan sosial} dan KEBANGSAAN {pidato Sukarno 1 juni }. 

Sebagai kesimpulan bahwa kompleksitas dalam keragaman dan persatuan indonesia adalah sebuah gagasan universalitas kemanusiaan dan realitas objektif yang mampu menjawab jalan keadilan dan kemanusian bangsa indonesia tercinta.

Salam Nabi Muhammad Saw. dan Keluarganya
Salam Indonesia


Editor: Fahrul Fahreza


0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
REDAKSI AKLAMASI © 2016. All Rights Reserved | Developed by Yusran016
Top