redaksiaklamasi.org - Histori perjuangan perempuan dalam kontes keindonesiaan yang dimontori oleh Ibu Kita KARTINI berawal ketika ia yang berumur 12 tahun dilarang melanjutkan studinya setelah sebelumnya bersekolah di Europese Lagere School (ELS) dimana ia juga belajar bahasa Belanda. Larangan untuk Kartini mengejar cita-cita bersekolahnya muncul dari orang yang paling dekat dengannya, yaitu ayahnya sendiri.

Ayahnya bersikeras Kartini harus tinggal di rumah karena usianya sudah mencapai 12 tahun, berarti ia sudah bisa dipingit. Selama masa ia tinggal di rumah, Kartini kecil mulai menulis surat-surat kepada teman korespondensinya yang kebanyakan berasal dari Belanda, dimana ia kemudian mengenal Rosa Abendanon yang sering mendukung apapun yang direncanakan Kartini. Dari Abendanon jugalah Kartini kecil mulai sering membaca buku-buku dan koran Eropa yang menyulut api baru di dalam hati Kartini, yaitu tentang bagaimana wanita-wanita Eropa mampu berpikir sangat maju. Api tersebut menjadi semakin besar karena ia melihat perempuan-perempuan Indonesia ada pada strata sosial yang amat rendah.

Sebagai perempuan dengan segenap kasih sayang yang termanefestasikan kepada dirinya ia mulai merintih melihat zamannya. Perempuan seakan terdiskriminasi seperti mahluk jeda yang tak bisa mengembangkan potensinya dalam berpendidikan di bumi tempat kelahiranya sendiri, batinnya merontak dengan cinta melihat perempuan terjajah secara intelektual.



Hari Ini tepat Tanggal 08 Maret 2017 Guna memperingati hari Perempuan se-Dunia , sebagaimana dalam kontes keindonesia kita mempunyai History kelam namun seperti diatas bahwa untungnya indonesia memiliki sosok Kartini yang bangkit dengan cinta dan kasih sayang melakukan perlawanan atas ketertindasan kaum perempuan pada waktu itu.

Sangat menarik kiranya Perempuan yang secara permukaan (fisik) lemah namun di kedalam batiniahnya cukup kuat semakin kuatnya dalam dirinya terdapat alam kehidupan. Tumbuhnya kasih sayang dan menjadi rumah cinta bagi generasi hingga akhir zaman. Sungguh perempuan adalah rumah cinta sebab dengan rintihanyalah mengakibatkan sebuah perlawanan tentunya yang kami maksud sebagai perempuan yang paham hakikat dirinya bukan yang menghabiskan waktu dalam berhedonisasi dengan mengantungkan keindahanya terhadap barang 'SALONISASI '.


Bangkitlah wahai perempuan kasih sayangmu nyata, semangatmu penuh cinta dan jiwamu penuh dengan keangungan. Ketika terikan menjadi tanda perlawanan namun kasihmu cukup untuk menngalahkan semua tirani. Tak ada senjata yang paling ampuh selain cinta ampuhnya dirimu. Lahirnya titipan Tuhan adalah pertanda kasihnya dan rintahanmu akan titipanya adalah tanda cintanya olehnya. Kamu adalah mahluk cinta dan kasih sayang.

Di hari perempuan ini adalah peringatan yang menegaskan bahwa Alam bersaksi akan keindahan tak patuh kiranya kamu diam akan ketertindasan. Ingat bahwa seorang memimpin akan hancur karena perempuan apalagi ketika engkau hadir sebagai sosok perubahan dalam merekontruksi kelam masa lalu dengan cintamu, kasih sayangmu dan perlawanan bersama cinta.

Kegagalan tak akan pernah terbayar walau darah sekalipun, yakini cinta telah termanefestasi dalam dirimu dan kemenangan akan tercapai hanya dengan cinta dan kasih sayangmu.

SELAMAT HARI PEREMPUAN SEDUNIA

Penulis: KASRUM HARDIN (Mahasiswa Jurusan Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan serta Kader HMI Komisariat Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Cabang Gowa Raya)

Editor: Andi Afri Taqbir


0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
REDAKSI AKLAMASI © 2016. All Rights Reserved | Developed by Yusran016
Top