Sakib Machmud. (redaksiaklamasi.org/Muh Taqwin Tahir) |
redaksiaklamasi.org - Dalam rangka mewujudkan jaminan Allah untuk memelihara Al-Quran, Rasulullah SAW melakukan empat hal segera setelah menerima serangkaian ayat.
Pertama: beliau mengumpulkan sejumlah sahabat dan membacakan rangkaian ayat yang baru saja beliau terima.
Kedua: beliau menyuruh sahabat yang mendengarkan bacaan beliau untuk membaca kembali ayat-ayat yang baru beliau sampaikan, dan beliau mengoreksi bila ada yang keliru, kurang, atau tidak tepat.
Ketiga: beliau menganjurkan para sahabat untuk menghafalkan semua ayat yang pernah beliau bacakan. Para sahabat melaksanakan anjuran Rasul ini dengan gembira, sehingga banyak sekali yang hafal keseluruhan Al-Quran.
Yang keempat: beliau menyuruh beberapa orang yang dapat membaca dan menulis, untuk mencatat ayat-ayat yang baru beliau bacakan. Meskipun pada masa itu masyarakat Arab belum lazim menggunakan kertas, toh Al-Quran dicatat dengan cermat pada media yang ada, seperti pelepah korma, tulang, lempengan batu, atau kulit domba dan unta.
Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, atas anjuran Umar bin Khattab beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit – salah seorang yang sering menulis atas perintah Rasulullah, untuk menuliskan kembali ayat-ayat Al-Quran tersebut. Beberapa tahun kemudian, Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan membentuk sebuah tim yang juga diketuai oleh Zaid bin Tsabit, untuk menyempurnakan tulisan Al-Quran, dengan berpedoman pada tulisan yang dibuat sebelumnya dipadukan dengan hafalan para sahabat.
Tulisan Al-Quran itu disebut mushaf, dan sudah menggunakan tanda-tanda baca, agar orang-orang yang berasal dari berbagai bangsa membaca Kitab ini dengan bacaan yang seragam. Dialek yang digunakan adalah dialek Qureisy karena Rasulullah menyampaikannya dengan dialek itu. Sesudah tulisan selesai, Khalifah mempersilakan semua orang yang hafal Al-Quran untuk mencermatinya dan mengoreksi bila ada kesalahan-kesalahan.
Maka tatkala semua sudah sepakat bahwa tulisan yang dibuat oleh tim tersebut benar-benar sesuai dengan yang dibacakan Rasul, mushaf tersebut diresmikan dan semua tulisan lain dihancurkan. Mushaf yang asli disebut Mushaf Al-Imam disimpan di Madinah, kemudian dibuat empat salinannya, masing-masing dikirimkan ke pusat-pusat peradaban kaum muslimin masa itu, yakni Makkah, Suriah, Basrah dan Kuffah.
Dengan demikian kaum muslimin mempunyai satu tulisan Al-Quran, dan dari tulisan itu orang membuat salinannya, sejak masa itu sampai dengan sekarang. Allah SWT benar-benar memenuhi janji-Nya, bahwa Al-Quran akan terjaga keasliannya sampai dengan hari Kiamat.
Oleh: Sakib Machmud (Salah Seorang Penggagas Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI)
Editor: Muh Taqwin Tahir
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar