REDAKSI AKLAMASI: Mei 2017

MEMAHAMI AL-QURAN: KITAB ALLAH YANG TERAKHIR. PART (4)

<br />

<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPaYNZTKLoJp2Yw3nWQakxX9sZiONIeit_Yn3PDrbUDdHFc8OBDzWU4liGxyitMgC-40bt4L9MiBLPkGESAbTApl3QSsybPELoawCHHgsaTaFMrqmXSR4jV69nrkbRi-LMULPeCFKq6ECo/s1600/41196_111846455539396_6414533_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="591" data-original-width="457" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPaYNZTKLoJp2Yw3nWQakxX9sZiONIeit_Yn3PDrbUDdHFc8OBDzWU4liGxyitMgC-40bt4L9MiBLPkGESAbTApl3QSsybPELoawCHHgsaTaFMrqmXSR4jV69nrkbRi-LMULPeCFKq6ECo/s320/41196_111846455539396_6414533_n.jpg" width="247" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><i><b>Sakib Machmud. (redaksiaklamasi.org/Muh Taqwin Tahir)</b></i></span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "georgia" , "serif";"><br /></span>

<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "georgia" , "serif";">redaksiaklamasi.org</span></i></b><span style="font-family: "georgia" , "serif";"> - Dalam rangka mewujudkan jaminan Allah
untuk memelihara Al-Quran, Rasulullah SAW melakukan empat hal segera setelah
menerima serangkaian ayat. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Pertama: beliau mengumpulkan
sejumlah sahabat dan membacakan rangkaian ayat yang baru saja beliau terima.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Kedua: beliau menyuruh sahabat
yang mendengarkan bacaan beliau untuk membaca kembali ayat-ayat yang baru
beliau sampaikan, dan beliau mengoreksi bila ada yang keliru, kurang, atau tida<span class="textexposedshow">k tepat. </span></span><br />
<br />
<span class="textexposedshow"><span style="font-family: "georgia" , "serif";">Ketiga:
beliau menganjurkan para sahabat untuk menghafalkan semua ayat yang pernah
beliau bacakan. Para sahabat melaksanakan anjuran Rasul ini dengan gembira,
sehingga banyak sekali yang hafal keseluruhan Al-Quran. </span></span><br />
<br />
<span class="textexposedshow"><span style="font-family: "georgia" , "serif";">Yang
keempat: beliau menyuruh beberapa orang yang dapat membaca dan menulis, untuk
mencatat ayat-ayat yang baru beliau bacakan. Meskipun pada masa itu masyarakat
Arab belum lazim menggunakan kertas, toh Al-Quran dicatat dengan cermat pada
media yang ada, seperti pelepah korma, tulang, lempengan batu, atau kulit domba
dan unta. </span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Pada masa pemerintahan Khalifah
Abu Bakar, atas anjuran Umar bin Khattab beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit –
salah seorang yang sering menulis atas perintah Rasulullah, untuk menuliskan
kembali ayat-ayat Al-Quran tersebut. Beberapa tahun kemudian, Khalifah ‘Utsman
bin ‘Affan membentuk sebuah tim yang juga diketuai oleh Zaid bin Tsabit, untuk
menyempurnakan tulisan Al-Quran, dengan berpedoman pada tulisan yang dibuat
sebelumnya dipadukan dengan hafalan para sahabat. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Tulisan Al-Quran itu disebut
mushaf, dan sudah menggunakan tanda-tanda baca, agar orang-orang yang berasal
dari berbagai bangsa membaca Kitab ini dengan bacaan yang seragam. Dialek yang
digunakan adalah dialek Qureisy karena Rasulullah menyampaikannya dengan dialek
itu. Sesudah tulisan selesai, Khalifah mempersilakan semua orang yang hafal
Al-Quran untuk mencermatinya dan mengoreksi bila ada kesalahan-kesalahan. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Maka tatkala semua sudah sepakat
bahwa tulisan yang dibuat oleh tim tersebut benar-benar sesuai dengan yang
dibacakan Rasul, mushaf tersebut diresmikan dan semua tulisan lain dihancurkan.
Mushaf yang asli disebut Mushaf Al-Imam disimpan di Madinah, kemudian dibuat
empat salinannya, masing-masing dikirimkan ke pusat-pusat peradaban kaum
muslimin masa itu, yakni Makkah, Suriah, Basrah dan Kuffah. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Dengan demikian kaum muslimin
mempunyai satu tulisan Al-Quran, dan dari tulisan itu orang membuat salinannya,
sejak masa itu sampai dengan sekarang. Allah SWT benar-benar memenuhi
janji-Nya, bahwa Al-Quran akan terjaga keasliannya sampai dengan hari Kiamat.</span><br />
<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "georgia" , "serif";">Oleh:
Sakib Machmud (Salah Seorang Penggagas Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI)</span></b><br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "georgia" , "serif";">Editor:
Muh Taqwin Tahir</span></b><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>

MEMAHAMI AL-QURAN: KITAB ALLAH YANG TERAKHIR. PART (4)

Sakib Machmud. (redaksiaklamasi.org/Muh Taqwin Tahir) redaksiaklamasi.org - Dalam rangka mewujudkan jaminan Allah untuk memeliha...

Baca selengkapnya »

23.25

Catatan Kecil Ramadan. Part (2)

<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhasz6Wq8N3UIpJBzrb4-mfc8Z8odBcePh7d2sxxVGQLovKf5BTSCwjG34-tp_DqxWtGYl1klweg24q0k6aVGmC42CYje_ixOYeKTvXv9H72F-c1XVYRUlvSXsna6bTX46iuAdgbZkEokt5/s1600/12043099_503121843189208_4938091856999635906_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="225" data-original-width="226" height="318" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhasz6Wq8N3UIpJBzrb4-mfc8Z8odBcePh7d2sxxVGQLovKf5BTSCwjG34-tp_DqxWtGYl1klweg24q0k6aVGmC42CYje_ixOYeKTvXv9H72F-c1XVYRUlvSXsna6bTX46iuAdgbZkEokt5/s320/12043099_503121843189208_4938091856999635906_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: xx-small;"><i><b><span style="line-height: 115%;">A.
M. Safwan. (</span></b><b>redaksiaklamasi.org</b><b><span style="line-height: 115%;">/Harfansa Putra Pratama)</span></b></i></span></span><span style="font-family: "georgia" , "serif";"> </span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";"><br /></span>

<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "georgia" , "serif";">redaksiaklamasi.org</span></i></b><span style="font-family: "georgia" , "serif";"> - Menemukan Puasa lewat Kegelisahan kita
</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Doa Iftitah: Doa Orang yang
GELISAH yang Memuji Kehidupan</span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">TAKUT (khauf) adalah suatu
kondisi psikologis manuisia yang menjadikan manusia secara alami ingin menjauhi
yang ditakutinya, sebuah sikap alamiah yang wajar. Takut menjadikan manusia
terus berHARAP (raja') agar objek yang ditakuti tidak menghampirinya. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Jadi,
HARAPAN dalam hal ini akan menguat seiring dengan menguatnya rasa TAKUT. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">TAKUT dalam hal ini akan selalu
sebanding dengan HARAPAN, Satu dengan lainnya tidak melebihi tingkatan yang
lainnya. Oleh karenanya, rasa takut yang tinggi akan mendorong HARAPAN yang
tinggi. Bagaimana dengan sebaliknya, orang yang memiliki HARAPAN yang tinggi,
juga dapat dipastikan akan memiliki rasa TAKUT yang tinggi yang muncul karena
KHAWATIR harapannya tidak terpenuhi. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Dengan demikian hubungan antara
TAKUT dan HARAPAN melahirkan dinamika kekhawatiran yang pada tingkat tertentu
diri manusia akan mengalami kegelisahan. Jadi, KEGELISHAN manusia adalah
eksistensi dari kondisi alamiah TAKUT dan HARAPAN yang ada pada diri manusia
(realisme instingtif). </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Mungkin, hari-hari ini manusia
modern/posmodern semakin GELISAH dengan hidupnya yang ada dalam tingkat
ketidakpastian secara sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum. Semua aspek itu
dalam tingkat tertentu kita merasakan suasana ketidakadilan dan
dominasi/hegemoni serta kekerasan serta kehampaan dalam sebuah pertanyaan untuk
apa semua ini? dicari, didapat, dilepas, dicari, belum tentu didapat, dilepas
sudah pasti. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Kita memiliki hidup, kita akan
melepaskan atau dilepaskan oleh hidup ini dengan kematian. Kematian secara
fitrah tentu membuat manusia TAKUT, karena itu berarti akan melepaskan
kehidupan yang INDAH, tetapi juga seringkali, kehidupan yang sumpek, penuh
tekanan dan kekerasan, manusia melihat BURUKnya kehidupan ini, sehingga manusia
menjadikan bayangan tentang KEMATIAN sebagai jalan untuk keluar dari himpitan
itu (kematian moral/etik) .</span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Begitu berat jika KEMATIAN
menjadi jalan keluar dari kesumpekan dan himpitan manusia. Jika kita sudah
melihat hidup ini tidak INDAH lagi dengan banyak hal yang menakutkan di
dalamnya, tentu kita tidak berharap mengambil jalan pintas kematian karena itu
juga menakutkan. Jika kedua ketakutan itu bertemu, kepada apa lagi kita bisa
berharap?</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Doa ifitah yang rutin dibaca di
malam-malam ramadan mengajarkan, agar kita banyak memulai memuji kehidupan
melalui poros pandangan dunia ILAHI:<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">" YA Allah yang segala
sesuatu adalah milikNya!<br />
Apapun milik seseorang semata karena pemberianMu<br />
Apapun tahap kesempurnaan yang dicapai seseorang <br />
semata karena anugerahMu <br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Kesempatan untuk berdoa pasti
juga karena anugerahMu<br />
Ya Allah berikanlah kami kesempatan untuk berdoa<br />
Begitu banyak dari hambaMu di dunia ini lalai dari <br />
mengingatMu<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Ya Allah seandainya Engkau tidak
menggengam tangan- <br />
tangan kami, niscaya kami akan termasuk diantara <br />
mereka yang lalai, apapun yang ada ini semua berasal <br />
nikmat pemberianMu"</span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Kita menemukan arti puasa bagi
orang yang gelisah dengan DOA. Puasa tanpa banyak berdoa, seperti orang yang
kelaparan padahal banyak makanan. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Kita berpuasa tidak makan dan
minum<br />
Tetapi kita terus bisa berbuka dengan DOA</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";"><br />
Sebab DOA adalah makanan dan minuman bagi JIWA yang GELISAH. <br />
Oh ruginya berpuasa tanpa DOA </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";"><br />
Puasa adalah KEHIDUPAN orang yang BERDOA </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Wallahu'alam bi al shawab<br />
Salam atas Nabi al Mustafa Muhammad Saw.<br />
Sayyidul Wujud KhataminNabiy</span><br />
<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "georgia" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Oleh : A.
M. Safwan (Pengasuh Ponpes Mahasiswa Madrasah Muthahhari RausyanFikr)</span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "georgia" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Editor:
Harfansa Putra Pratama</span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>

Catatan Kecil Ramadan. Part (2)

A. M. Safwan. ( redaksiaklamasi.org /Harfansa Putra Pratama) redaksiaklamasi.org - Menemukan Puasa lewat Kegelisahan kita Do...

Baca selengkapnya »

23.23

Catatan Kecil Ramadan. Part (1)

<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA24gP3DSFHVnqNN9ZBFKd8Y8EcQzrDi3DEsBJZ15qpEfm5B4SCbxgovtwHeVgbq-cdQSZDbrtwIvNDNiX8BYEjDrzEW5Oi8hghNqKRDKOveE-O-p2LyDDGpyEYRJ_eMRVkg4h6K4jqf00/s1600/12043099_503121843189208_4938091856999635906_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="225" data-original-width="226" height="318" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA24gP3DSFHVnqNN9ZBFKd8Y8EcQzrDi3DEsBJZ15qpEfm5B4SCbxgovtwHeVgbq-cdQSZDbrtwIvNDNiX8BYEjDrzEW5Oi8hghNqKRDKOveE-O-p2LyDDGpyEYRJ_eMRVkg4h6K4jqf00/s320/12043099_503121843189208_4938091856999635906_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><i><b><span style="font-family: "georgia" , "serif"; line-height: 115%;">A.
M. Safwan. (</span></b><b><span style="font-family: "georgia" , "serif";">redaksiaklamasi.org/</span></b><b><span style="font-family: "georgia" , "serif"; line-height: 115%;">Harfansa Putra Pratama)</span></b></i></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "serif";"><br /></span>

Catatan Kecil Ramadan. Part (1)

A. M. Safwan. ( redaksiaklamasi.org/ Harfansa Putra Pratama) redaksiaklamasi.org - Optimisme dalam Doa Iftitah: Menemukan Pua...

Baca selengkapnya »

23.20

Gelandangan (Sumber: Kabar Banten, 07 Juni 2010)

<br />
<div style="text-align: center;">
<i><b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: xx-small;"><b>Ilustrasi</b>: Lukisan karya seniman realis Iran, <i>Iman Maleki</i>. (</span></span></b></i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "georgia" , "serif";"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: xx-small;">redaksiaklamasi.org/Andi Muh Ridha R)</span></span></span></i></b></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "georgia" , "serif";"><br /></span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "georgia" , "serif";">redaksiaklamasi.org</span></i></b><span style="font-family: "georgia" , "serif";"> - Saat saya pertamakali melihatnya, ia
selalu tersenyum pada setiap orang yang turun dari angkutan umum yang saya tumpangi
ketika saya berangkat menuju studio tempat saya biasa On Air setiap malam Rabu
untuk materi Seni dan Gaya Hidup yang pemandunya tak lain adalah teman saya
sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Semula,
saya menganggapnya sebagai pengalaman yang biasa saja. Katakanlah pengalaman
dan kenyataan hidup yang seringkali terjadi ketika saya hidup di kota-kota di
Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Saat
itu, ia sebenarnya tak hanya tersenyum-senyum sendiri yang adakalanya diselingi
tawanya yang samar. Ia juga bergerak-gerak atau lebih tepatnya bergoyang-goyang
ke samping kiri dan kanan mirip seorang bocah perempuan yang sedang belajar
bernyanyi dengan malu-malu. Hanya saja saya tak lagi memikirkannya ketika
angkutan umum yang saya tumpangi kembali melaju. Sebab yang sebenarnya adalah
karena pikiran saya sibuk mematangkan materi seputar Minat Baca dan Gaya Hidup
Remaja Kota, sebuah materi yang sebenarnya membuat saya cukup terbebani dan
menguras pikiran, terlebih karena sejauh pengalaman saya remaja-remaja di kota
kecil tidak mencerminkan remaja-remaja yang mau menyisihkan uang jajan mereka
untuk membeli buku-buku bacaan di luar buku wajib mereka di sekolah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Sesampainya
di studio tempat biasa saya On Air, saya berdiskusi terlebih dahulu dengan
teman saya yang sekaligus pemandu saya seputar tema yang akan kami udarakan
malam itu. Tak saya sangka, teman saya berpendapat bahwa alangkah lebih baiknya
bila tema yang akan diangkat disisipi dengan muatan yang dapat membangkitkan
minat remaja pada kenyataan kehidupan sehari-hari yang sebenarnya sering mereka
jumpai. Kontan saja pikiran saya tertuju pada perempuan gelandangan yang saya
lihat dalam perjalanan menuju studio yang telah saya katakan itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Setelah
obrolan singkat kami itu kami pun memasuki studio dan langsung melenturkan tema
dan materinya menjadi “Menjumpai Keseharian”. Kami tak menyangka, selama kami
On Air malam itu, ada puluhan pemirsa yang menelepon untuk bertanya dan
menyumbangkan pendapat mereka. Maka jadilah On Air malam itu sebagai On Air
yang menempati rating paling tinggi dibanding sebelum-sebelumnya. Dan tentu
saja kami pun merasa bahagia dan senang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i>

</i><br />
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-family: "georgia" , "serif";">Di
hari Selasa sore minggu berikutnya saya kembali berangkat untuk kembali On Air
dengan materi yang berbeda. Dalam perjalanan saya di hari Selasa yang untuk
kesekian kalinya itu saya tak melihat perempuan gelandangan yang telah saya
lihat sebelumnya.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Saya
pun mulai bertanya-tanya ke mana gerangan si perempuan gelandangan itu
sekarang? Di dalam angkutan umum yang saya tumpangi hari itu saya mulai
memikirkan kemungkinan-kemungkinan ia berada. Tapi sepanjang perjalanan itu
saya tak melihatnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Pada
kesempatan On Air untuk yang kesekian kalinya itu, saya memutuskan untuk
menginap di ruang rekaman yang bersebelahan dengan ruang studio. Mungkin karena
malam itu saya terlampau lelah untuk melakukan perjalanan pulang setelah saya
ngobrol dengan salah satu penyiar perempuan yang minta ditemani sampai tiba
gilirannya On Air pada jam dua belas malam. Meski selepas jam sebelas malam itu
saya sebenarnya sudah merasakan kantuk akibat kelelahan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Keesokan
harinya saya pun berangkat pulang pada jam sembilan pagi setelah sarapan nasi
uduk dan menghabiskan segelas Cappuccino. Juga tentu saja, menghisap sebatang
rokok kretek kesukaanku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Saat
saya telah masuk angkutan umum, awalnya saya duduk tenang saja di dalam
angkutan umum yang saya tumpangi. Tapi karena macet yang cukup lama dan membuat
tubuh saya gerah, saya pun ingin mengetahui penyebab kemacetan. Dan ketika saya
menanyakannya pada si sopir, si sopir menjawabnya bahwa ada kecelakaan beberapa
ratus meter di depan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Oh,
begitu,” ujar saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Setengah
jam kemudian angkutan umum mulai melaju. Begitulah selanjutnya. Di hari Selasa
berikutnya lagi saya pun kembali berangkat menuju studio seperti
sebelum-sebelumnya. Lagi-lagi saya tak melihat si perempuan gelandangan di
tempat pertamakali saya melihatnya. Tapi beberapa ratus meter kemudian saya
melihatnya tengah bersandar di sepohon besar pinggir jalan. Kali ini gaun dekil
yang dikenakannya terlihat berubah dan sangat berbeda. Lengan kiri gaun yang
dikenakannya kali ini robek dan bagian yang menutup dadanya sedikit terbuka
hingga menampakkan sebagian dadanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Dan
yang membuat saya penasaran dan bertanya-tanya adalah ketika tangan kanannya
seolah tengah meraba-raba dan meremas-remas bagian tubuhnya yang berada di
bawah perutnya dan di ujung dua pahanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Melihat
hal tersebut saya pun mulai membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
dan yang dialaminya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Mungkinkah
ia telah diperkosa?” Tanya saya dalam hati. Karena ketika itu ia seperti tengah
menahan kesakitan di saat ia menyandarkan kepalanya dan mendongakkan wajahnya
ke atas, mirip seseorang yang tengah berdoa kepada langit yang ditatapinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Jika
benar ia telah diperkosa, terkutulah orang yang telah memperkosanya,” bathin
saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Tanpa
saya sadari sepanjang perjalanan itu pikiran saya sibuk menerka-nerka kejadian
apa yang menimpanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Ah,
mungkin saja ia lapar,” saya menduga-duga dalam hati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Atau
mungkin juga hanya merasakan kesakitan, tapi bukan karena diperkosa,” saya
terus membathin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Namun,
lamunan saya berhenti ketika si sopir mengingatkan saya bahwa saya telah sampai
di tempat yang saya minta padanya untuk berhenti jika telah sampai. Dan tentu
saja seperti biasanya, malam itu kami kembali On Air, dan saya pun kembali
menginap di studio sambil menemani seorang penyiar perempuan yang biasa
dipanggil Mbak Mela.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Selama
Mbak Mela On Air malam itu saya menemaninya sembari membaca koran-koran yang
telah saya bawa ke studio dari tempatnya. Di sela-sela iklan siaran saya pun
mulai meminta pendapat Mbak Mela bagaimana bila seorang perempuan gelandangan
diperkosa. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Saat itu saya ingin tahu perasaan dan empati Mbak Mela sebagai
sesama perempuan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Misalkan,
ini hanya seandainya lho!,” papar Mbak Mela, “Misalkan yang diperkosa itu
adalah saya, tentu saya akan mengalami trauma,” lanjutnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Meski
yang diperkosa itu perempuan gila alias perempuan tak normal?”, tanya saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Saya
pikir itu tak akan ada bedanya sepanjang ia memiliki perasaan seperti halnya
saya,” lanjut Mbak Mela.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Kalau
boleh tahu, kenapa kau menanyakan hal itu?”, tanya Mbak Mela.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Bukan
apa-apa sih”, kilah saya, “Hanya saja saya melihat seorang gelandangan yang
saya pikir telah mengalami perkosaan ketika saya dalam perjalanan menuju ke
sini”, papar saya,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Maksudnya
kamu melihatnya diperkosa?”, tanya Mbak Mela.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Tidak
juga sih”, jawab saya, “Saya hanya mengambil kesimpulan dari ekspresi wajahnya
dan kondisi tubuhnya juga pakaiannya ketika saya melihat dirinya yang
meraba-raba bagian tubuhnya yang berada di bawah perutnya dan di ujung kedua pahanya
dengan tangan kanannya, sementara ia mendongakkan wajahnya ke atas”, lanjut
saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Mungkin
saja ia diperkosa, tapi mungkin saja hal lain yang menimpanya”, ujar Mbak Mela, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">“Sebab bisa jadi kesimpulan kamu itu keliru di saat kamu tak melihatnya diperkosa,
apalagi kecendrungan orang adalah membenarkan anggapannya sendiri, tapi saya
percaya kamu tidak seperti itu.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Saya
tak melanjutkan perbincangan itu karena khawatir mengganggu tugas Mbak Mela
untuk siaran, dan saya pun kembali membaca koran yang bertumpuk di hadapan
saya, di meja studio malam itu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Setelah
Mbak Mela selesai siaran, saya langsung menuju sofa ruang tamu dan membaringkan
tubuh saya hingga tertidur tanpa saya sadari.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Keesokan
harinya saya pun berangkat pulang. Pagi itu saya tak lagi memikirkan
keingintahuan saya pada apa yang menimpa si perempuan gelandangan yang sempat
membuat saya gelisah itu. Mungkin karena saya terpengaruh oleh pendapat Mbak
Mela.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Tapi
di pagi itu saya menyimak perbincangan, lebih tepatnya cerita sopir angkutan
umum yang tengah saya tumpangi kepada temannya yang sama-sama duduk di depan
bersama si sopir. Si sopir itu bercerita bahwa ia hampir saja menabrak
perempuan gelandangan di hari yang sama ketika saya melihatnya untuk yang kedua
kalinya itu. Untung saja, cerita si sopir, ia hanya menyerempetnya ketika ia
hendak melaju setelah menurunkan beberapa penumpang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";">Saya
hanya bisa tersenyum ketika mendengar cerita si sopir, atau lebih tepatnya saya
berusaha untuk tidak tertawa agar tidak dituduh gila oleh sesama penumpang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "georgia" , "serif";">Ilustrasi</span></b><span style="font-family: "georgia" , "serif";">: Lukisan karya seniman realis Iran, <i><span style="font-family: "georgia" , "serif";">Iman Maleki</span></i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "georgia" , "serif";"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Oleh: Sulaiman Djaya </span><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">(Dewan Kesenian Banten)</span></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "georgia" , "serif";"><b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif";">Editor: Andi Muh Ridha R </span></span></b> </span></div>

Gelandangan (Sumber: Kabar Banten, 07 Juni 2010)

Ilustrasi : Lukisan karya seniman realis Iran, Iman Maleki . ( redaksiaklamasi.org/Andi Muh Ridha R) redaksiaklamasi.org...

Baca selengkapnya »

23.04

MEMAHAMI AL-QURAN: KITAB ALLAH YANG TERAKHIR. PART (4)

Catatan Kecil Ramadan. Part (2)

Catatan Kecil Ramadan. Part (1)

Gelandangan (Sumber: Kabar Banten, 07 Juni 2010)

Topik Populer

Arsip Blog